Rabu 19 Jun 2019 18:03 WIB

Daftarkan Sekolah, Orang Tua Resah

Sungguh miris melihat kebijakan pendaftaran sekolah bagi siswa baru selalu berubah.

Sejumlah siswa dan orang tua murid antre untuk mengikuti seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMP 1 Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/6/2019).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Sejumlah siswa dan orang tua murid antre untuk mengikuti seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMP 1 Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/6/2019).

Pendaftaran calon siswa baru di sekolah favorit membuat para orang tua harus rela datang lebih awal, bahkan ada yang sampai menginap demi mendapatkan nomor antrean. Seperti yang dialami oleh salah seorang pendaftar di SMAN 3 Bogor, dirinya sudah datang lebih awal namun nyatanya nomor antrean yang diterima sudah nomor urut ratusan karena ternyata banyak pendaftar yang sudah stand by dari dini hari, bahkan menginap. 

Sayangnya, setelah perjuangan mengantre yang cukup memakan waktu itu menghasilkan kekecewaan pada sebagian pendaftar. Pasalnya, jumlah antrean yang dibatasi sehingga tidak semua pendaftar di hari itu bisa melakukan pendaftaran di hari yang sama, alhasil mereka harus kembali di keesokan harinya dan mendaftar kembali. 

Baca Juga

Belum lagi sistem zonasi yang diterapkan saat ini, bukan jaminan ketika nomor urut antrean awal belum tentu bisa diterima di sekolah favorit. Karena yang lebih diutamakan adalah mereka yang berada di zona terdekat dengan sekolah, bahkan sekalipun mereka adalah siswa berprestasi tak mudah untuk diterima, karena hanya sebesar 5 persen saja yang bisa diterima di setiap sekolah negeri. 

Sungguh miris, melihat setiap tahunnya kebijakan dalam penerimaan calon siswa baru selalu berubah-ubah, membuat orang tua ketar-ketir mencari sekolah untuk sang anak. Padahal, sebelumnya setiap siswa telah mengikuti ujian untuk kelulusan dengan usaha mendapatkan nilai yang tinggi agar bisa masuk sekolah yang diidamkan. Namun, semua akan menjadi sia-sia ketika kebijakan setiap tahunnya berubah membuat siswa merasa jerih payahnya tak diapresiasi oleh pemerintah. 

Sistem pendidikan yang masih carut marut, tak bisa memfasilitasi kebutuhan setiap pelajar mendapatkan kemudahan. Masyarakat dibuat bingung dan kesulitan saat tahun ajaran baru dimulai. Mulai dari pendaftaran hingga biaya yang akan dikeluarkan, terlebih mereka yang bersekolah di swasta maka biaya yang dikeluarkan akan lebih banyak alias mahal. Beginilah ketika sistem pendidikan bukan di bawah naungan sistem Islam, semua berjalan sesuai kepentingan dan perintah atasan, menjadi bahan percobaan. Alangkah baiknya kebijakan pendaftaran sekolah tak lagi membuat para orang tua resah. 

Pengirim: Nurul Rachmadhani, Ciomas-Bogor 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement