Jumat 14 Jun 2019 17:39 WIB

Empat Ciri Diterimanya Tobat

Salah satu cara ciri Allah menerima tobat adalah tetap menjaga diri dan peka hati

Jamaah membaca kitab suci saat shalat Tarawih di Masjid Raya Habiburahman di Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/6) dini hari. Selama sepuluh hari terakhir Ramadan, umat muslim menetap dan bermalam dengan tenda di masjid untuk berjumpa dengan malam Lailatul Qadar.
Foto: M Agung Rajasa/Antara
Jamaah membaca kitab suci saat shalat Tarawih di Masjid Raya Habiburahman di Bandung, Jawa Barat, Rabu (6/6) dini hari. Selama sepuluh hari terakhir Ramadan, umat muslim menetap dan bermalam dengan tenda di masjid untuk berjumpa dengan malam Lailatul Qadar.

Ramadhan memang telah usai namun iman tetap harus selalu terpelihara. Jangan sampai segala amalan baik yang sudah dipupuk dan ditumbuh - suburkan pada bulan suci Ramadhan kemarin terhenti begitu saja.

Maka momen Syawal ini sangat tepat kita jadikan sebagai ajang melanjutkan amalan baik dan tetap memelihara diri dari perbuatan dosa dan maksiat. Namun  tentu kita menyadari  bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah lepas dari salah dan khilaf. 

Baca Juga

Maka, sebagai umat Islam patutlah kita bersyukur, bahwa agama Islam ialah agama yang penuh pengampunan terhadap kesalahan dan khilaf yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Adanya tobat yang diberikan ialah bentuk kesempatan dari Allah SWT  untuk umat manusia yang benar-benar menyadari kesalahan dan ingin memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih beriman dan bertakwa di jalan Allah. 

Hanya saja, pernahkah kita merenungkan, apakah Allah telah menerima tobat kita? Berikut ini adalah 4 ciri orang yang diterima tobatnya menurut pendapat Syekh Abdul Qodir Jailani.

Pertama, tutur katanya terjaga yang lahir dari kebersihan dan kepekaan hati. Dia tidak akan berani bicara kasar, kotor, sombong bahkan dusta. Kelembutan hatinya akan menuntun ia untuk senantiasa berkata baik. Dan sebaik-baiknya perkataan adalah amar ma'ruf nahi munkar.

Kedua, tidak ada dengki kepada saudara seiman. Ia menyadari bahwa sudah menjadi hak Allah untuk memberikan kepintaran,kecantikan, jabatan dan lain sebagainya kepada siapa saja. Tidak terkecuali untuk orang yang beriman. 

Mudah bagi Allah untuk memberikan semua itu. Jadi, tidak persaingan dalam konotasi negatif kepada sesama kaum muslimin, yang ada adalah berlomba-lomba dalam kebajikan. Tidak ada istilah senang melihat saudara seiman sedih atau sebaliknya sedih melihat saudara seiman senang. Misal teman naik haji kita naik tensi darah. Kalau kita lurus, kita pasti akan cepat menyadari bahwa kesemuanya diatas tadi, pintar, cantik jabatan, itu adalah karunia Allah saja, tidak perlu di "iri" kan.

Ketiga , senang dengan lingkungan yang baik. Hatinya yang bersih akan menuntunnya untuk berada dalam lingkungan yg satu frekuensi dengannya. 

Keempat, tidak pernah berhenti bertobat. Baginya tidak ada istilah libur atau cuti bertobat. Orang yang diterima tobatnya akan terus menerus bertobat. Dari waktu ke waktu shalat fardhu seolah di depannya ada aliran sungai yang menyejukkan. Mereka yang bertobat akan yakin bahwa setiap shalat fardhu yang dilakukan akan dapat menggugurkan dosa bahkan dari sejak jatuhnya air wudhu yang membasahi raga. Begitu saja seterusnya hingga satu minggu menjelang, hari Jumat yang istimewa akan selalu dinanti. Pun dengan pengharapan usianya akan sampai pada Ramadhan di tahun depan, hari-harinya akan selalu dihiasi dengan tobat dan istighfar. Bahkan tobatnya tidak pernah terhenti hingga tiba waktu perjumpaan dengan Rabb-nya.

Demikianlah orang yang tobatnya diterima, ia akan selalu sadar bahwa manusia mudah tergelincir dalam dosa. Hatinya yang lembut, peka dan bersih terus berupaya untuk menghindarkannya dari segala hal yang tidak baik. Dirinya akan menikmati betapa  nyaman dan bahagia hidup bersama Pencipta, Pemilik dan Penguasa kehidupan, Allah SWT.

Semoga pembinaan di bulan Ramadhan lalu sukses menghantarkan kita menjadi hamba-hamba yang senantiasa bertobat di setiap harinya hingga Allah menerima tobat kita dan kita bisa kembali kehadiratNya dalam keadaan bersih laksana bayi yang baru dilahirkan. Aamiin Allahumma Aamiin.

Pengirim : Widya Fauzi,  Pengajar, Founder Komunitas Muslimah Menjahit dan Bandung Storytelling Club

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement