Jumat 31 May 2019 16:16 WIB

Berkumpul Kembali di Jannah-Nya

Kebersamaan yang berkah, bahagia dan nikmat adalah berkumpul kembali di Jannahnya

 Sebuah keluarga Pakistan tengah menanti saat berbuka puasa di Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan, Sabtu 21/7). (K.M. Chaudary/AP)
Sebuah keluarga Pakistan tengah menanti saat berbuka puasa di Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan, Sabtu 21/7). (K.M. Chaudary/AP)

Dunia ... dengan semarak dan daya pikatnya telah melahirkan banyak hal. Telah menyihir mata dan hati hingga lupa terhadap hakikat akan dilabuhkan kemana hidup ini.

Begitu pun kebersamaan kita bersama pasangan dan keluarga. Jarang kita sadari penuh apa arti bersama sebagai sebuah keluarga. Tengoklah gambaran keluarga di zaman milenial ini.

Baca Juga

Hanya karena gadget 'menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh'. Yang para orangtuanya 'Djarum 76' alias jarang dirumah dari jam 7 sampai jam 6. Atau rumah sudah ibarat hanya  hotel, rumah makan atau Anjungan Tunai Mandiri (ATM), tempat numpang tidur, makan dan minta uang saja. Apakah berlebihan diksi diatas??! Diterima atau tidak namun hal tadi muncul dalam kehidupan kita sekarang, masyAllah tsumma SubhanAllah.

Mungkin muncul pertanyaan, sebegitu pentingkah menyadari arti kebersamaan keluarga? Maka penulis jika diminta untuk menjawab pasti akan menjawab 'tentu saja'.

Karena sesuatu hal yang dilakukan atau dimiliki jika tidak dimaknai atau disadari hakikatnya maka akan membawa kita memperlakukannya apa adanya saja. Mengalir bak air.

Hanya dilakukan sebagai rutinitas atau bahkan formalitas yang menjadikannya terombang ambing tanpa tujuan. Ibarat buih di lautan maka dia akan terbawa pergi ke manapun aliran berkehendak.

Maka dalam pandangan Islam, bagi mereka yang memeluknya dan menyakininya sebagai sebuah 'way of life', Islam mengingatkan bahwa setiap amal butuh tujuan.

Minimal ada niat ingin dicapai. Bukankah sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam hadits arba'in an-Nawawiy menyebutkan '' انما الاعمال بالنية'' yang artinya sesungguhnya amal itu diawali niat.

Maka setiap hal butuh ada tujuan. Termasuk dalam hal kebersamaan dengan keluarga bahkan dia termasuk perkara utama yang harus dipikirkan dalam diri sebuah keluarga muslim

Mengapa hal tadi menjadi perkara utama karena keluarga yang hidup miliki adalah sebuah amanah. Pasangan dan anak-anak yang Allah SWT karuniakan kepada kita adalah tanggung jawab yang kelak akan ditanya dan dihisab oleh Allah SWT.

Hal ini selaras dengan hadits: "Ketahuilah Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya." (Shahih Bukhari)

Maka setidaknya butuh bagi kita untuk duduk sejenak. Menelaah kemana rumah tangga serta keluarga ini dilabuhkan. Salah satunya adalah dengan menguatkan tujuan dan visi misi berkeluarga. Ada banyak yang harus dibenahi namun mari kita mulai dari kalamullah QS At-tsur:  21. Allah swt berfirman : 

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ 

Yang artinya Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa arti dari kebersamaan di dunia tidak hanya akan berakhir begitu saja. Namun kelak kebersamaan dan bahtera keluarga akan berada di pelabuhan negeri akhirat.

Kebersamaan yang berkah, membahagiakan dan memberikan nikmat tiada berujung adalah ketika berkumpul di JannahNya. Namun yang menjadi kunci keberhasilan tadi adalah dikarenakan ' bi iiman' yaitu sebab karena keimanan sebagaimana tercantum dalam ayat diatas. Imam As-Tsauri telah meriwayatkan dari Amr ibnu Murrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada di bawahnya agar dengan keberadaan mereka bersama hatinya menjadi senang.

MasyAllah betapa begitu Maha Penyayang-nya Allah swt. Bagi siapa hambaNya yang tersemai dalam dirinya dan juga pasangannya keimanan maka kelak akan dikumpulkan bersama di JannahNya. Maka jelaslah arti dari kebersamaan keluarga muslim . Bukan kebersamaan 'Djarum 76' atau yang semisalnya. Namun kebersamaan yang ada keimanan yang dirajut di dalamnya hingga menjadi bekal ke akhirat kelak. Lantas tersisa pe-er besar untuk kita, siapkah menyemai benih iman di ladang keluarga kita?? Semoga Allah swt menguatkan kita semua, aamiin.. Allahu 'alam bis shawwab

Pengirim: Novita Natalia, IRT dan pengelola Homeschool usia PAUD di Bandung Timur

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement