Jumat 24 May 2019 10:34 WIB

Angku Zainal (Cerpen)

Riwayat Angku Zainal semerbak sampai ke kampung-kampung sebelah

Angku Zainal
Foto:

Angku Zainal menghela napas sejenak, “Tidak,” katanya yakin. “Nabi Adam pun mengawinkan anak-anaknya dengan saudara sekandung.”

“Baiklah, Angku. Kami menurut saja kehendakmu.” Si lelaki akhirnya mengangguk pasrah. “Cepatlah nikahkan kami sekarang juga.”

“Tunggulah sebentar.”

Angku Zainal berjalan ke arah mimbar dan mengambil sebuah kotak persegi. Dari dalam kotak tersebut ia mengeluarkan Alquran dan menggantinya dengan uang yang diberikan si lelaki. Setelah itu, lantunan ayat suci, yang entah betul entah salah, meluncur dari mulutnya. Kemudian, dengan sepenuh keyakinan, dijabatnya tangan si lelaki dan bertindaklah ia selayaknya seorang penghulu yang menikahkan kedua mempelai.

Tak perlu waktu terlampau lama, prosesi itu pun ditutup dengan doa. Dengan keyakinan luar biasa, Angku Zainal berkata bahwa keduanya telah sah menjadi suami-istri. Setelah berbincang-bincang sesaat, kedua pasangan yang baru saja dinikahkan itu pamit terburu-buru, meninggalkan Angku Zainal tegak membisu di langkan masjid.

Bakda Maghrib, sambil bersiul-siul, Angku Zainal membakar sampah dan daun-daun kering di halaman masjid. Bungah perasaannya, tersebab masalah yang membikin kepalanya pening seharian ini telah sirna dengan cara-cara tak terduga. Dari kejauhan Mak Ainun memanggil dan mengatakan bahwa makan malam telah tersedia.

Saat Angku Zainal bertolak meninggalkan halaman masjid, sehelai daun yang tadi dibakarnya di tempat sampah terbang melayang dan menyusup ke lubang ventilasi. Daun itu lalu hinggap di gulungan karpet lapuk dan mulai membakar perabot masjid satu per satu. Dinding papan yang lapuk itu tak kuasa menahan jilatan api panas membara yang rakus melumat apa saja.

Malam celaka itu Angku Zainal bagai tak melihat api besar yang membumbung di atap masjid. Ia melompat ke kobarannya dan berhasil keluar dengan sekujur tubuh penuh luka. Sebuah kotak persegi di pelukannya terlihat aman tanpa ternoda. Orang-orang berkerumun ingin menolong, tapi lelaki tua itu menolaknya.

Sementara orang-orang sibuk memadamkan api, Angku Zainal terus memanggil-manggil nama istrinya. Angku Zainal meminta Mak Ainun mendekat, lalu berbisik, “Simpan uang yang ada di dalam kotak ini baik-baik. Jangan kau beri tahu siapa pun isinya. Pergunakan untuk menikahkan anak bungsu kita.”

Belum pula Mak Ainun menjawab permintaan itu, ruh Angku Zainal sudah terlepas dari jasadnya. Perempuan tua itu bersimpuh memangku jasad suaminya yang tak kunjung melepaskan kotak persegi itu dari dekapannya. Bibirnya terus gemetar, tapi tak ada suara yang keluar. Rahasia kematian Angku Zainal tetap tersimpan di dada Mak Ainun, mungkin akan dibawanya sampai ke liang kubur.

TENTANG PENULIS

ADAM YUDHISTIRA. Penulis asal Muara Enim, Sumatra Selatan. Cerita pendek, cerita anak, esai, puisi, dan ulasan buku yang ditulisnya telah dimuat di berbagai media massa cetak dan online di Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement