Senin 20 May 2019 10:40 WIB

Bulan Memancar

Bulan memancar, memantulkan bayangan tubuh mereka ke permukaan aspal yang kasar

Bulan Memancar
Foto:

“Kucing itu tidak akan pernah kembali,” ujar Latifa.

Jame berusaha menanggapi dengan tenang. “Menurutku, kita akan segera mendapatkan penggantinya.”

Itu empat purnama berikutnya sejak mereka merencanakan untuk memelihara kucing. Mereka telah mendapatkan seekor kucing dari jenis russian blue. Latifa memberi nama kucing itu Russi. Russi adalah seekor kucing jantan yang manis dan elegan dan menjadi sedemikian dekat dengan Latifa.

Jika Jame pergi ke kantor atau sedang keluar kota, Latifa tidak terlalu merasa kesepian lagi untuk beberapa waktu. Tapi pada sebuah sore yang hujan, kucing itu menghilang dan tidak pernah muncul lagi pada hari-hari berikutnya.

Latifa dan Jame telah melakukan segala upaya. Mereka menempelkan poster di tiang-tiang listrik di semua gang di kompleks perumahan itu. Poster itu mereka cetak sendiri di atas sebuah kertas HVS berukuran A4. Dengan perasaan sedih, Latifa telah memilih sebuah foto seekor kucing, Russi, yang tengah berpose di depan sebuah laptop.

Di atas foto itu, Latifa menuliskan sebuah kalimat singkat dengan huruf-huruf kapital berjenis tebal: “RUSSI TELAH PERGI”. Tidak lupa, Latifa juga mencantumkan nomor yang bisa dihubungi jika ada seseorang yang mungkin pernah melihat kucing itu pada suatu hari. Tidak hanya itu, mereka bahkan mengumum kannya di akun media sosial yang mereka miliki.

Kenapa tidak pergi ke panti asuhan saja?” tanya Latifa tiba-tiba.

“Kau serius?” Jame balik bertanya.

Ada sesuatu yang tiba-tiba berdesir dalam diri Jame. Meskipun terus berharap pada keajaiban, mereka juga pernah merencakan hal seperti itu sebelumnya.

“Kita akan memiliki seorang anak dengan cara seperti itu.”

Latifa mengatakan itu dengan sungguh-sungguh. Lalu, seperti sesuatu yang telah di rencanakan, mereka beranjak dari beranda itu dalam waktu yang nyaris bersamaan. Jame membuka pintu pagar dan Latifa mengekor di belakangnya. Gang di depan rumah itu sunyi. Tiba-tiba mereka tergerak untuk berjalan menyusuri gang. Bulan memancar, memantulkan bayangan tubuh mereka ke permukaan aspal yang kasar.

TENTANG PENULIS

TJAK S PARLAN, lahir di Banyuwangi, 10 November 1975. Cerpen dan puisinya sudah disiarkan di berbagai media. Buku kumpulan cerpennya Kota yang Berumur Panjang (Basabasi, 2017). Selain menulis, sehari-harinya mengerjakan ‘perwajahan’ untuk sejumlah buku dan sejumlah penerbitan lainnya. Mukim di Ampenan, Nusa Tenggara Barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement