Jumat 03 May 2019 21:00 WIB

Pesan Yunahar Ilyas tentang Ngaji Digital

Waketum MUI Yunahar Ilyas menyampaikan pesan tentang tren pengajian digital

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) - Prof Yunahar Ilyas
Foto: Republika/ Wihdan
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) - Prof Yunahar Ilyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era kemajuan teknologi memungkinkan seseorang untuk mengakses informasi dari mana dan kapan saja. Tidak terkecuali konten dakwah Islam. Mereka yang tertarik untuk menekuni agama ini dapat memeroleh pengetahuan dari kajian-kajian yang disampaikan para ustaz/ustazah di media sosial.

Tren ngaji digital--demikian namanya--diapresiasi Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Yunahar Ilyas. Menurut dia, kemudahan mengakses ceramah keagamaan melalui internet sesungguhnya positif.

Baca Juga

"Kalau untuk akses, belajar agama lewat media sosial itu positif. Artinya, orang tidak perlu lagi repot-repot datang (ke pengajian tatap muka). Sebab, (isi kajian) bisa didapat, semuanya ada di sini (ponsel pintar)," kata Yunahar Ilyas saat ditemui Republika.co.id di kantor pusat MUI, Jakarta, belum lama ini.

Akan tetapi, ulama kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, itu meminta kaum Muslimin, khususnya dari generasi milenial, untuk tak cepat puas diri. Sebab, untuk menyelami luasnya samudra ilmu-ilmu agama tidak cukup hanya dengan menyimak video dengan durasi pendek-pendek.

Apalagi, lanjut dia, pengajian via media sosial jamaknya menggunakan komunikasi satu arah. Artinya, pendengar hanya bisa menyimak, belum tentu mampu mengajukan pertanyaan karena tak ada sesi tanya-jawab langsung (real time).

"Cuma, problemnya satu. Kalau kita belajar sendiri melalui media sosial, bisa tidak terarah. Tapi di atas itu semua, belajar melalui handphone, media sosial, itu baik. Memang ada kritik-kritik. Oleh sebab itu, ya tinggal hati-hati saja," papar Yunahar.

Maka dari itu, Yunahar meminta generasi milenial untuk tetap menggiatkan pengajian di masjid-masjid atau tempat-tempat lain yang mulia. Sebab, majelis ilmu tatap muka lebih bisa menambah semangat belajar. Hadirin dapat bertanya langsung kepada ustaz/ustazah di sana. Inilah esensi dari komunikasi dua arah.

Maraknya konten-konten dakwah di media sosial dapat menjadi langkah awal untuk mengenal profil ustaz/ustazah. Selanjutnya, seorang Muslim milenial dapat mengajak teman-temannya untuk mendatangi tempat kajian mereka. Dengan begitu, ada pula unsur keberkahan, di samping upaya mendapatkan ilmu pengetahuan.

"Jagalah keseimbangan pengetahuan," pesan sosok pimpinan Muhammadiyah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement