Ahad 28 Apr 2019 07:16 WIB

Marwah Ulama, Cerminan Kehormatan Agama

Marwah ulama sebagai pewaris para nabi yang mencerminkan kehormatan agama

Ilustrasi Ulama
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Ulama

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda "Ulama warastatul anbiya" ulama pewaris para Nabi (HR At-Tirmidzi dari Abu Ad-Darda radhiallahu ‘anhu). Hadist ini terpatri dalam benak kaum muslimin. Bagaimana bukan pewaris, lewat lisan dan tulisan para ulama inilah segala ilmu sampai kepada umat Muhammad.

Aktivitas yang dilakukannya pun serupa para Nabi dan Rasul. Berbagai halangan dan tantangan dakwah mengiringi langkah perjalanan mereka dalam mensyiarkan Dien Islam. Berikut siksaan, celaan, persekusi juga dialami oleh para ulama sebagai bagian dari resiko perjuangan. Hal ini dialami baik pada masa lalu mapun masa kini.

Baca Juga

Tugas para ulama adalah sebagai penasehat baik kepada umat maupun penguasa. Ketika mereka berhadapan dengan para penguasa Muhasabah lil hukam merupakan keutamaan yang harus dilakukan. Dimasa kekhilafahan cerminan kita kepada para imam Mahzab yang berani melakukan kritik keras atas kebijakan para Khalifah. Di masa penjajahan kita juga mengenal para ulama mujadid, penggerak umat dalam melakukan gerakan perlawanan. Ada Syaikh Izzudin Al qosam, Syaikh Ahmad Yasin yang memimpin Hamas melawan Israel di tanah Palestina. 

Syaikh Hasan Al Banna, Sqyyid Quthub menghimpun orang-orang muda di Mesir untuk membantu saudaranya di Palestina. Lalu ada Syaikh Taqiyuddin an Nabani, Syaikh Abdul Qodhim Zallum juga Syaikh Ahmad ad Da'ur dari Hizbut Tahrir.

Inilah mereka para ulama. Ia merupakan cerminan dari kehormatan Dien Islam. Jika ulama rusak, maka rusaklah kehormatan Islam. Lalu bagaimana nasib umat? nasib para penguasa? Tentu lebih nelangsa lagi. Ulama adalah teladan. Ia adalah tempat umat bertanya tentang tuntunan hidup. Oase di padang gersang, kontrol atas kebijakan para penguasa agar tetap berada di jalur yang benar. Sandaran bagi penguasa untuk meminta pertimbangan atas segala keputusan politik dan juga fatwa atas berbagai persoalan. Dari rahim para ulama lahir sejumlah hukum syara' dalam berbagai masalah yang belum ada dimasa sebelumnya. Betapa ulama sangat berperan dalam membersamai umat meniti hidup kepada ketaatan hakiki. Ketaatan kepada Allah SWT, Rasul SAW dan ulil amri yang juga taat kepada keduaNya.

Namun dimasa mulkan jabariyan ini, marwah ulama di cabik dengan sejumlah fitnah menjijikan. Seperti Terbaru Ustad Abdul Shomad, Ustad fenomenal nan dicintai Umat se Indonesia difitnah dengan isu perselingkuhan. Jalan kebenaran yang mereka pilih memang pahit. 

Namun itulah perjuangan. Umat sedang dipertontonkan mana ulama yang benar mana yang abal-abal. Mana ulama warastatul anbiya mana ulama su' penjual agama.

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Camkan hadist ini. Resapi baik-baik. Hadist ini adalah peringatan bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam memperlakukan ulama. untuk hal ini pun kita sebagai umat perlu ilmu. Ilmu untuk bisa memilah mana ulama yang berpegang teguh dengan Islam, mana yang hanya digunakan untuk kepentingan pribadi.

Nasehat dari Ibnu Asakir, “Saudaraku, ketahuilah bahwa daging para ulama itu beracun.” Maksudnya, siapapun yang memfitnah ulama hendaknya takut bernasib buruk. 

Surah al-Hujurat ayat 12 mengibaratkan perbuatan menggunjing sebagai “memakan daging saudara yang telah mati.” Maka pelaku fitnah terhadap ulama tak hanya “memakan bangkai”, tetapi juga terkena racun. Renungkan wahai diri. Wallahu'alam bi Showab.

Pengirim: Dwi Agustina Djati, tinggal di semarang

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement