Rabu 24 Apr 2019 14:53 WIB

Kemendikbud Gunakan MGMP untuk Penguatan Pendidikan Karakter

Peran guru tidak terlepas dari pembentukan karakter anak didiknya.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
Siswa-siswi Sekolah Dasar mengikuti pelajaran di sekolahnya. (ilustrasi)
Foto: Republika/Yasin Habibi
Siswa-siswi Sekolah Dasar mengikuti pelajaran di sekolahnya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberikan pendidikan karakter untuk peserta didik melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Supriano, dalam sambutan pembukaan gebyar Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Surakarta, Jawa Tengah.

"Peran guru tidak terlepas dari pembentukan karakter anak didiknya, sehingga Kemendikbud berupaya untuk memberikan pembekalan pendidikan karakter," kata Supriano, dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Selasa (23/4).

Baca Juga

Pendekatan ini, kata Supriano merupakan implementasi dari kebijakan zonasi untuk meningkatkan kemampuan guru dan tenaga pendidikan. Hal yang diutamakan dalam hal ini adalah memberi pembekalan pendidikan karakter.

Di dalam penerapannya, MGMP akan bersinergi dengan pemerintah di daerah. "Upaya mengoptimalisasikan program MGMP ini perlu sinergi dari pemda kabupaten atau kota dan pusat," kata Supriano.

Ia menambahkan, materi pendidikan karakter akan memfokuskan kepada sinergi pendidikan dengan kebudayaan untuk membentuk pembiasaan yang baik terhadap karakter siswa. Ia mencontohkan melalui budaya kesenian, siswa bisa memupuk karakter dan mengimplementasikan ke dalam jiwa mereka.

"Dari situlah siswa dapat belajar berani, percaya diri, sabar, kerja sama, kepedulian terhadap sesamanya. Oleh karena itu, pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan," kata Supriano.

Sementara itu, Ketua Satuan Tugas Penguatan Pendidikan Karakter Jawa Tengah, Tartid Supriyadi menjelaskan MGMP telah berjalan dengan baik. Ia menambahkan, MGMP akan terus ditingkatkan sesuai dengan zona sekolah.

Dengan demikian, ia menambahkan, ke depan, guru inti tidak akan bertumpuk di suatu tempat, tapi tersebar di tiap zona. "Semua kabupaten atau kota sudah jalan, hanya yang berubah nanti zonasi, jadi pemilihan guru nantinya yang berada di dalam zona tersebut," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement