Senin 22 Apr 2019 16:51 WIB

Wujudkan Pertanian 4.0, IPB Sinergi dengan Dua BUMN

IPB berkolaborasi dengan Pupuk Kaltim menghasilkan pupuk Precipalm.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Gita Amanda
Rektor IPB Arif Satria bersama direksi Pupuk Kaltim dan Perkebunan Nusantara (PTPN) dalam peluncuran uji coba Pertanian 4.0 di demplot Unit Bekri PTPN 7 Lampung, Senin (22/4).
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Rektor IPB Arif Satria bersama direksi Pupuk Kaltim dan Perkebunan Nusantara (PTPN) dalam peluncuran uji coba Pertanian 4.0 di demplot Unit Bekri PTPN 7 Lampung, Senin (22/4).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dalam rangka mengembangkan Pertanian 4.0, Institut Pertanian Bogor (IPB) menggandeng dua BUMN, yaitu PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 3, 5, dan 7.

Pada Senin (22/4) telah dilakukan peluncuran uji coba Pertanian 4.0 di demplot Unit Bekri PTPN 7 Lampung yang diresmikan oleh Rektor IPB Arif Satria, Dirut PTPN Holding yang diwakili oleh Direktur Pemasaran, Direktur Utama Pupuk Kaltim Bakir Pasaman, dan Direktur Utama PTPN 7 Hanugroho. Turut hadir komisaris PTPN Holding M Syakir dan Deddy Fauzi El Hakim pada acara tersebut.

Baca Juga

Tim IPB yang diketuai oleh Prof. Dr. Kudang B. Seminar berkolaborasi dengan Pupuk Kaltim telah menghasilkan sistem rekomender nutrisi (pupuk), yang diberi nama Precipalm (Precision Agriculture Platform for Oil Palm), berbasis pertanian presisi (precision agriculture) dengan menggunakan analisis citra yang ditangkap satelit Sentinel 2 untuk menentukan peta kandungan hara makro (N, P & K) dan memberikan rekomendasi pupuk sesuai keragaman dari peta hara di suatu perkebunan.

"Hal ini penting untuk meningkatkan akurasi dan efektivitas pemupukan di perkebunan sawit di PTPN. Seperti diketahui bahwa pemupukan adalah bagian dari proses produksi yang memerlukan biaya sangat tinggi. Dengan dikenalkan pemupukan presisi diharapkan tercipta pemupukan yang tepat sesuai kebutuhan tanaman, sehingga efisiensi bisa tercipta dan pembiayaan pemupukan bisa lebih dihemat," ujar Rektor IPB, Arif Satria dalam pernyataan resminya, Senin (22/4).

Untuk melakukan uji aplikasi lanjut dari Precipalm, IPB dan Pupuk Kaltim berkolaborasi dengan beberapa PTPN (PTPN 3, PTPN 5 dan PTPN 7) untuk melakukan Demplot di lokasi kebun PTPN dengan tujuan membandingkan dan mempelajari perbedaan hasil rekomendasi pupuk yang dihasilkan dari Precipalm dan hasil rekomendasi pupuk yang selama ini dilakukan di PTPN.

Menurut Prof Kudang Boro Seminar yang juga Dekan Fateta IPB, hasil uji Demplot akan memperoleh bukti riset dan eksperimental kinerja, serta aplikabilitas dari Precipalm sebagai alternatif dan inovasi baru dalam melakukan analisis hara dan rekomendasi pupuk yang bervariasi berdasarkan keragaman kandungan hara di suatu lahan perkebunan sawit.

Sistem aplikasi penentuan peta hara kelapa sawit berbasis analisa citra Satelit Sentinel dan citra drone dapat dibangun. Sistem ini diharapkan menjadi salah satu alternatif solusi sistem pendugaan hara dan rekomendasi pupuk pada kebun kelapa sawit berbasis pertanian presisi dan real-time data analytic.

Arif Satria menyatakan bahwa sistem ini merupakan sebagian karakteristik dari agroindustri 4.0 dengan pemanfatan sensing devices, drones, satelites, dan IoT. Penggabungan antara satelit dan drone untuk saling mengoptimalkan fungsi sistem ketika berhadapan dengan kendala tutupan awan (untuk satelit) dan luasan tangkap image yang terbatas (untuk drone).

"Hal ini merupakan bagian dari manifestasi perbaikan bisnis proses pemupukan yang biayanya mendominasi proses produksi sawit (kurang lebih 60 persen) dari keseluruhan biaya produksi sawit,"katanya.

Contoh komponen biaya pemupukan yaitu pada uji laboratorium yang memakan waktu analisis 7 hari sampai 6 bulan dan tergantung pada kelengkapan sarana laboratorium. Bagi perkebunan yang tidak memiliki sarana laboratorium tentu menjadi kendala resiko biaya, penurunan kualitas dan kerusakan sampel ketika dalam perjalanan.

"Bila uji coba ini berhasil maka Precipalm akan diterapkan di seluruh perkebunan PTPN di Indonesia," ujar Arif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement