Senin 22 Apr 2019 13:46 WIB
Kartini dan Islam di Jawa

Kisah Kartini, Sang Trinil dari Mayong

Kartini kecil sudah mulai terpapar dengan ketidakadilan adat Jawa.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Karta Raharja Ucu
Kartini dan dua saudaranya
Foto: ANTARA FOTO
Museum Kartini di Alun-alun Kota Jepara, Jawa Tengah.

Ketua Yayasan Kartini Indonesia, Hadi Priyanto, mengungkapkan, di luar kedudukan ayahnya sebagai seorang wedana, sebenarnya tak banyak cerita yang terungkap dari jejak Kartini di Mayong ini. Karena, saat itu merupakan masa balita dan Kartini kecil hanya tinggal di Mayong bersama orang tuanya selama kurang lebih dua tahun, sebelum boyongan ke Pendopo Kabupaten di Jepara menyusul diangkatnya sang ayah menjadi Bupati Jepara pada 1881.

Namun -sejatinya- dari Mayong ini, menjadi awal Kartini kecil harus bersinggungan dengan belenggu yang meng atasnamakan adat serta ketidakberpihakan tradisi ningrat (bangsawan) kepada kaum perempuan Jawa saat itu.Termasuk kepada MA Ngasirah, perempuan yang mengandung dan melahirkannya juga menjadi bagian dari keti dakberdayaan kaum perempuan Jawa atas hegemoni patriarki yang begitu kuat mencengkeram.

Karena RM Semangun Sosroningrat harus memperistri lagi perempuan dari kalangan ningrat, RA Moeryam untuk menjadi seorang bupati, yang kemudian menyandang gelar Raden Mas Adipati Ario (RMAA) Sosroningrat . "Kendati MA Ngasirah merupakan perempuan pertama yang dinikahi oleh RMAA Sosroningrat , namun statusnya bukanlah garwa padmi, dari Bupati Jepara," kata dia.

Tumbuh di lingkungan keluarga ningrat yang cukup terpandang, sudah barang tentu membuat kehidupan Kartini kecil cukup beruntung, jika dibandingkan dengan anak-anak yang terlahir di luar trah priayi (bangsawan Jawa). Apalagi, gelar Raden Ajeng yang melekat pada namanya.

Kartini kecil tumbuh menjadi seorang anak yang riang dan lincah di tengah-tengah keluarga besar bangsawan, di dalam pendopo Kabupaten Jepara. Sebab, hasil perkawinan Sosroningrat dengan Mas Ayu Ngasirah tahun 1872 membuahkan delapan putra- putri.

Mereka di antaranya Raden Mas Slamet, Raden Mas Busono, Raden Mas Sosrokartono, Raden Ajeng Kartini, Raden Ajeng Kardinah, Raden Mas Sosro mulyono, Raden Mas Sumantri, dan Raden Mas Sosrorawito. Sedangkan, buah perkawinan Sosroningrat dengan Raden Ajeng Moeryam tahun (1875) dikaruniai tiga putri, masing-masing Raden Ajeng Sulastri, Raden Ajeng Roekmini, dan Raden Ajeng Kartinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement