Senin 15 Apr 2019 15:14 WIB

Guru dari Malaysia Studi Tiru SD di Kota Bandung

Ada sebanyak 274 SD Negeri dan 187 SD Swasta di Kota Bandung

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Guru dari Malaysia Studi Tiru SD di Kota Bandung
Foto: Dok Humas PPSD
Guru dari Malaysia Studi Tiru SD di Kota Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah guru dari negeri jiran Malaysia menyambangi SDN 100 Cipedes Kota Bandung. Para pendidik yang bernaung dalam organisasi Majlis Guru Besar Kawasan Masjid Tanah Melaka Malaysia datang dalam rangka studi tiru penyelenggaraan pendidikan di Kota Bandung.

Kedatangan guru-guru itu bertepatan dengan pelaksanaan hari pertama ujian sekolah. Meski begitu, para siswa sekolah yang berlokasi di Jalan Gegerkalong Hilir Kecamatan Sukasari tetap antusias menyambut para tamu. Para siswa menampilkan sejumlah atraksi sebagai tanda ucapan selamat datang. Di antara tari jaipong, pantomim, pencak silat, angklung, dan lainnya.

Kepala Seksi Kurikulum Bidang Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Dasar (PPSD), Deni Kurniadi menyambut baik atas kedatangan para guru dari negeri jiran. Ia berharap agar kunjungan tersebut bisa melihat perkembangan pendidikan di Kota Bandung.

"Begini kondisi di Kota Bandung, tidak untuk dibandingkan tapi semoga bisa merekam jejak sekolah di sini," katanya di SDN 100 Cipedes, Jalan Gegerkalong Hilir, Sukasari, Senin (15/4) dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.

Ia pun menyampaikan, ada sebanyak 274 SD Negeri dan 187 SD Swasta. Di Kota Bandung ada muatan lokal, salah satunya pencak silat. Rumpun melayu yang sudah menyebar ke seluruh dunia.

"Kami arahkan supaya anak-anak dapat mempelajari pencak silat. Supaya mengapresiasi kebudayaan sendiri. Tantangan pendidikan di sini, anak-anak sudah terpapar gadget. Tidak mudah meningkatkan kesadaran literasi," tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Pengurus Majlis Guru Besar (kepala sekolah) Kawasan Masjid Tanah Melaka Malaysia, Sisnoto bin Candra menjelaskan, perkumpulannya menaungi 29 sekolah setingkat SD di kawasan Tanah Melaka. Rinciannya 24 sekolah kebangsaan, 4 sekolah Cina, dan 1 sekolah Tamil.

"Kami tidak menentukan kebijakan, lebih kepada kolaborasi antar guru. Bukan pejabat di daerah. Kami berkumpul, belajar saling berbagi menentukan kegiatan yang akan dihadapi di sekolah. Untuk berkomunikasi dan saling memudahkan peranan. Polanya bincang-bincang sambil ngopi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement