Jumat 12 Apr 2019 16:07 WIB

Polemik Kasus AY, Potret Buram Pendidikan Sekuler

Pendidikan sekuler mendorong meningkatnya kekerasan fisik dan seksual pada wanita

Tiga dari 12 siswi SMU yang diduga menjadi pelaku dan saksi dalam kasus penganiayaan siswi SMP berinisial AU (14) berdiskusi dengan kerabat (kanan atas) di sela jumpa pers yang digelar di Mapolresta Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (10/4/2019).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Tiga dari 12 siswi SMU yang diduga menjadi pelaku dan saksi dalam kasus penganiayaan siswi SMP berinisial AU (14) berdiskusi dengan kerabat (kanan atas) di sela jumpa pers yang digelar di Mapolresta Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (10/4/2019).

Dunia pendidikan pun tercoreng dengan adanya kasus pengeroyokan yang menimpa Audrey viral di media sosial hingga muncul tagar #JusticeForAudrey. Seorang siswi SMP berinisial AY menjadi korban pengeroyokan oleh tiga siswa. 

Berawal dari cekcok di media sosial berujung kekerasan. Perisakan muncul ketika media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang dalam berkumpul, berkomunikasi, dan bergaul.  

Baca Juga

Bukan lagi masalah laki-laki dengan perempuan tapi ternyata perempuan sesama perempuan juga bisa melakukan perbuatan sekejam itu.  Miris, kelihat generasi bangsa semakin hari semakin rusak juga budaya hedonisme yang kini terus mencokol lingkungan sosial remaja. Kekerasan yang dialami perempuan paling banyak berupa kekerasaan fisik dan seksual. 

Saat ini, Indonesia sedang darurat kekerasan seksual, penyelesaiannya pun harus memberikan efek jera kepada pelaku serta memberikan rasa aman bagi masyarakat termasuk perempuan. 

Diakibatkan pula dengan minim nya pendidikan dari orangtua. Tentu akibat dari carut marut pendidikan sekular saat ini hanya melahirkan generasi tak bermoral. 

Beginilah ketika agama dipisahkan dari kehidupan akan menghasilkan permasalahan baru yang tak pernah tuntas. Dan hanya syariah islam yang dapat memuliakan manusia. 

Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas rakyat yang diurusnya (HR al-Bukhari dan Muslim). Inilah bentuk tanggung jawab negara dalam meriayah masyarakat dalam bidang pendidikan dengan berdasarkan akidah islam. 

Tentu berbeda dengan pendidikan dalam islam adalah untuk membentuk kepribadian Islam yakni pola pikir dan sikap Islami. Maka output yang dihasilkan anak sholih dan sholihah, generasi pejuang, bukan hanya cerdas akal saja namun miskin kepribadian.  Tetapi Mencetak generasi pemimpin pengukir peradaban. Pendidikan bermutu tentu akan di rasakan ketika syariah islam diterapkan secara total. Dan Memandang islam adalah sistem kehidupan satu-satunya yang benar. 

Pengirim: Susilawati, Kota Banjar

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement