Kamis 11 Apr 2019 16:44 WIB

Kasus AY, Cerminan Bobroknya Moral Generasi

Perisakan AU adalah cermin bobroknya moral generasi muda di Indonesia.

Tiga dari 12 siswi SMU yang diduga menjadi pelaku dan saksi dalam kasus penganiayaan siswi SMP berinisial AU (14) berdiskusi dengan kerabat (kanan atas) di sela jumpa pers yang digelar di Mapolresta Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (10/4/2019).
Foto: Antara/Jessica Helena Wuysang
Tiga dari 12 siswi SMU yang diduga menjadi pelaku dan saksi dalam kasus penganiayaan siswi SMP berinisial AU (14) berdiskusi dengan kerabat (kanan atas) di sela jumpa pers yang digelar di Mapolresta Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (10/4/2019).

Seorang siswi SMP di Pontianak, AU, menjadi korban pengeroyokan sejumlah siswi SMA. Aksi tersebut terjadi pada Jumat, 29 Maret 2019, di sebuah bangunan yang terletak di Jalan Sulawesi, Pontianak, Kalimantan Barat.

Akibat luka yang dideritanya, kini korban masih menjalani perawatan di rumah sakit di Pontianak. Menurut Kasatreskrim Polresta Pontianak Kompol Husni Ramli, peristiwa ini baru dilaporkan korban dan orang tuanya satu pekan setelah kejadian.

Baca Juga

Berbagai kasus tindakan brutal remaja selalu menjadi konsumsi media berita setip hari. Remaja negeri kini tengah mengalami dekadensi moral yang luar biasa. Atas nama globalisasi, remaja diseret dalam kubangan lumpur liberalisme yang menuhankan kebebasan sehingga meningkatkan gaya hidup tanpa aturan.

Tingkah laku mereka sangat jauh dari adat ketimuran apalagi dari nilai nilai keislaman. Bobroknya moral generasi bangsa sungguh menjadi sebuah bencana di masa depan, bagaimana tidak remaja yang seharusnya menjadi penerima tonggak estafet kepemimpinan di masa depan namun jauh dari harapan, mau dibawa ke mana bangsa ini jika generasi penerusnya tak dapat diharapkan? Remaja seharusnya menjadi pewaris budaya luhur, justru menjadi korban budaya kufur.

Lantas ,siapa yang seharusnya disalahkan dan bertanggung jawab atas krisisnya moral remaja saat ini? Remaja ibarat bibit tanaman yang harus dirawat, dipupuk, dan di bersihkan dari berbagai hama sehingga si empunya dapat memanen dengan hasil yang memuaskan. Pun dengan remaja harus senantiasa dijaga, dididik dengan baik, dibekali ilmu agama yang memadai sejak usia dini, dan dijauhkan dari berbagai budaya liberalisme yang merusak.

Sejatinya kerusakan generasi menjadi tanggung jawab bersama mulai dari ruang lingkup paling kecil, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan kemudian negara. Keluarga menjadi pembangun fondasi kepribadian seorang anak, terutama ibu, namun pada kenyataan nya, seorang ibu kini banyak yang lalai akan tugas utamanya sebagai pencetak generasi.

Karena krisis ekonomi seorang ibu dituntut untuk keluar mencari nafkah layaknya seorang suami demi untuk tercukupinya kebutuhan. Kemudian sekolah, sekolah kini seolah-olah gagal dalam pembentukan karakter siswa, sistem sekadar transfer ilmu namun minus pengamalan.

Di tambah lagi kontrol masyarakat yang lemah, tipe masyarakat yang apatis, acuh tak acuh dan individualis. Lantas apa yang seharusnya menjadi solusi atas problema ini?

Jawabannya hanya satu yaitu kembali pada aturan Islam. Di mana dalam sistem Islam semua pihak ikut bertanggung jawab akan terjaganya generasi, mulai dari peran ibu dalam Islam adalah pengatur rumah tangga dan pencetak generasi bukan sebagai poros roda perekonomian, keluarga menjadi komponen pertama dan utama pembentukan kepribadian Islami. Kemudian masyarakat dalam sistem Islam mempunyai kontrol sosial yang kuat dengan menerapkan amar makruf nahi mungkar dan diatur berdasarkan aturan Islam.

Pun, sistem pendidikan dalam Islam adalah pencetak output generasi yang unggul dalam hal penerapan prinsip moral dan spiritual. Hal itu karena pendidikan berdasarkan prinsip akidah islam.

Terakhir adalah negara yang bertugas menjauhkan dan menjaga generasi dari budaya luar yang merusak. Membatasi semua konten media yang merusak. Negara juga bertugas menangkal berbagai segala ide, pemikiran yang bertentangan dengan akidah islam.

Pengirim: Dian Ambarwati, Wonogiri

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement