Senin 08 Apr 2019 06:13 WIB

Banyak Kampus Dinilai tak Serius Lakukan Audit Mutu

Hasil audit tidak mampu memotret kualitas unit-unit di perguruan tinggi secara utuh.

Rep: Gumanti Awaliyah / Red: Israr Itah
Mahasiswa di kampus/ilustrasi
Foto: Darmawan/Republika
Mahasiswa di kampus/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mayoritas pendidikan tinggi dinilai tidak serius dalam melakukan audit mutu internal. Karenanya, hasil audit tidak mampu memotret kualitas unit-unit di perguruan tinggi secara utuh.

Hal itu disampaikan oleh pakar manajemen pendidikan tinggi Prof Edy Suandi Hamid. Dia menegaskan, audit internal harus dilakukan secara utuh guna meningkatkan kualitas kampus sebagai pencetak sumber daya manusia.

"Selama ini, secara substantif, audit tidak memberikan manfaat apa-apa. Padahal melalui audit ini diharapkan terlihat bagaimana proses akademik dilakukan. Dapat diketahui apa kekurangannya, apa yang harus diperbaiki dan dilakukan ke depannya," kata Edy dalam keterangan tertulis, Ahad (7/4).

Melalui audit mutu, lanjut Edy, pimpinan perguruan tinggi juga bisa mencermati kesesuaian antara standar pendidikan tinggi yang ditetapkan dengan kenyataannya di lapangan. Untuk itu, audit mutu harus dilakukan secara utuh dan tidak lagi sekadar formalitas.

Menurut dia, setiap perguruan tinggi juga perlu memiliki banyak tenaga auditor yang kompeten dan terkualifikasi. Kegiatan ini harus dilakukan berbasis kesadaran internal, bukan karena adanya tuntutan regulator atau perintah Kemenristek-dikti.

"Jika audit bisa dilakukan rutin per semester, ditangani oleh tenaga yang kompeten, kemudian ada tindak lanjut hasil, maka akselerasi perbaikan mutu lembaga akan terjadi," jelas dia yang kini menjabat sebagai rektor Universitas Widya Mataram Yogjakarta.

Audit mutu yang benar juga akan mewujudkan budaya mutu di perguruan tinggi. Artinya perguruan tinggi tersebut sudah memiliki modal besar untuk bersaing bukan saja pada level lokal, atau bahkan nasional, tetapi juga global. Akreditasi unggul juga akan mudah diperoleh, bahkan akreditasi internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement