Ahad 31 Mar 2019 11:51 WIB

Mali yang Menanti

Meski Mali adalah negeri kaya SDA namun menjadi salah satu negara termiskin

Peta Mali. Ilustrasi
Foto: Aljazeera
Peta Mali. Ilustrasi

Mali adalah negara asal Makan Konate. Pemain bola yang sekarang berlaga di Gojek Liga I Indonesia membela Arema FC.

Saya bukan pencinta bola. Saya pertama kali melihat gelandang penyerang itu tahun 2015 saat ia berlaga di Liga Super Indonesia. Saat itu ia membela Persib Bandung. Persib menang diundang di acaranya Sule dan Andre. Sebagai bintang lapangan saya penasaran dari manakah Makan Konate? Mali.

Baca Juga

Hingga berita horor pembantaian 134 muslim di Mali bahkan ada yang dibakar hidup-hidup itu menambah deraian air mata.

Kekaisaran Mali didirikan di bekas Kerajaan Ghana. Puncak kejayaannya adalah pada masa kepemimpinan Musa I. Di mana wilayah kekuasaan imperium itu membentang lebih dari 2.000 mil atau 3.218 kilometer di Afrika Barat, dari Samudera Atlantik ke Timbuktu, termasuk wilayah yang sekarang menjadi negara Chad, Pantai Gading, Gambia, Guiena, Guinea-Bissau, Mali, Mauritania, Niger, Nigeria , dan Senegal.

Pada Abad lX Islam masuk ke Afrika Barat dibawa oleh Muslim Berberat dan Tuareg yang sebagian besar adalah pedagang. Mali adalah satu kekaisaran terbesar dan terkaya di Afrika. Bahkan Mansa Musa termasuk penguasa terkaya di dunia abad pertengahan dengan perjalanan hajinya  yang fenomenal. Yang pada masa itu barat Eropa masih dalam masa keterpurukan.

Sejak abad ke-11 M, Timbuktu mulai menjadi pelabuhan penting. Berbagai barang dari Afrika Barat dan Afrika Utara diperdagangkan. Di antaranya adalah garam. Garam menjadi salah satu komoditas yang sangat penting. Pun emas. Musa memiliki setengah pasokan emas dunia.

Pada abad ke-12, Timbuktu telah menjelma sebagai salah satu kota pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam yang masyhur. Di era kejayaan Islam itu, Timbuktu juga menjadi sentra perdagangan terkemuka di dunia. Rakyat Timbuktu pun hidup sejahtera dan makmur.

Di era keemasan Islam itu, ilmu pengetahuan dan peradaban tumbuh sangat pesat di Timbuktu. Rakyat di wilayah itu begitu gemar membaca buku. Setiap orang berlomba membeli dan mengoleksi buku. Hingga pada Awal abad ke-14, akhir kekuasaan Mansa Musa. Masjid Sankore atau dikenal dengan Universitas Sankore adalah salah satu universitas pertama yang pernah didirikan di dunia. Tiga madrasahnya, yaitu Djinguereber, Sidi Yahya dan Sankore, mempunyai murid 25 ribu orang dan merupakan universitas terbesar di dunia. 

Namun, kini, Mali adalah negara termiskin di dunia. Sekitar 70 persen penduduk Mali berpenghasilan kurang dari satu dolar AS setiap harinya. Dengan tingkat pengangguran yang sangat tinggi. Selain itu Mali juga menjadi negara dengan tingkat baca terendah di dunia.

Tidak hanya rentan terhadap kekeringan, Mali juga merupakan satu negara paling terbelakang yang penduduknya sebagian besar bergantung pada pertanian untuk bertahan hidup.

Padahal, sesungguhnya Mali adalah negeri yang kaya akan bahan tambang berupa emas, phospat, kaolin, bauksit, besi, termasuk uranium. Hingga tidak mengherankan kalau Barat khususnya Perancis dan Amerika saling berebutan kekayaan alam Mali.

Akhir abad ke-19 penjajah Prancis menduduki Mali dan mengumumkan penggabungannya ke Prancis pada tahun 1904. Serdadu Prancis menindas secara brutal perlawanan dari masyarakat lokal. Menciptakan kelompok-kelompok, memecah belah dan menggantikan Kerajaan Afrika Barat beberapa kali.

Menyekat-nyekat daerah jajahan dan mengkotak-kotakkanya. Prancis kemudian memberikan kemerdekaan kepada Mali pada tahun 1960. Namun kemerdekaan formalistik itu tidak juga  berdampak pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Mali.

Sebagai negara penghasil uranium di Afrika Barat. Mali menjadi penopang kebutuhan uranium di Prancis. Di mana dua pertiga listrik Prancis berasal dari tenaga nuklir, sehingga memerlukan impor uranium yang signifikan. Selain itu, sebagai produsen emas ketiga terbesar di Afrika, Mali juga sangat menggiurkan. 

Mengerikan, penjajah rakus senantiasa mencari mangsa untuk menguasai dan mengeksploitasi negeri-negeri jajahannya. Menciptakan konflik untuk saling bertikai sesama saudara. Tidak hanya di Mali. Di negeri muslim lain pun demikian. Siapa sebenarnya penjajah sejati itu?

Sungguh, kini, kita hanya bisa berderai air mata menyaksikan pembantaian saudara muslim kita di Myanmar, Uighur, Selandia Baru, Gaza, Suriah, Mali dan negeri-negeri muslim lainnya. Hanya setangkup doa  yang mampu kita haturkan. Kita tak kuasa menghentikan setiap mesakat yang mereka derita. Setiap detik kaum muslimin tercabik-cabik. 

Malahan penguasa di negeri-negeri muslim sibuk dengan urusannya masing-masing. Bahkan sebagian mereka ada yang menjadi kaki-tangan yang memuluskan kepentingan-kepentingan kaum penjajah barat itu. Mereka lupa memelihara urusan umat. Lalu kepada siapa kita mengadu? Sementara organisasi perdamaian yang ada hanyalah kedok untuk tetap melanggengkan hegemoni barat. 

يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ( رواه أبوداود

“Akan datang suatu masa, umat lain akan memperebutkan kamu, ibarat orang-orang yang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat bertanya, “Apakah pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit, ya Rasulallah?” Beliau menjawab, ” Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu saat itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas air bah dan Allah akan mencabut wibawamu atas musuhmu serta jiwamu akan tertanam wahn (kelemahan jiwa). Sahabat bertanya,” Apa yang dimaksud kelemahan jiwa ya Rasulallah?” Beliau menjawab, yaitu cinta dunia dan takut mati.” ( HR. Abu Daud)

Sungguh, kemana kita harus mengadu? Kepada siapa kaum Muslimin harus meminta pertolongan? Sampai kapan kaum Muslimin menanggung derita ini? Ila Mata?

 

Pengirim: Ayati Fa, Ibu Rumah Tangga, tinggal di Indramayu

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement