Ahad 31 Mar 2019 10:16 WIB

Mengatasi Islamofobia, Mungkinkah?

Tak hanya di luar negeri, gejala Islamofobia di Indonesia juga telah muncul

40 organisasi masyarakat di DIY melakukan aksi demonstrasi mengutuk penindasan yang terjadi terhadap umat Islam di dunia. Mereka tergabung dalam Aliansi Solidaritas Dunia Islam.
Foto: Wahyu Suryana/REPUBLIKA
40 organisasi masyarakat di DIY melakukan aksi demonstrasi mengutuk penindasan yang terjadi terhadap umat Islam di dunia. Mereka tergabung dalam Aliansi Solidaritas Dunia Islam.

Islamofobia ialah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka dan diskriminasi pada Islam dan Muslim. Saat ini Islamofobia terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang dengan sengaja diciptakan untuk menebar ketakutan terhadap simbol Islam dan ajaran Islam. 

Seperti yang terjadi di Denmark baru-baru ini, pemimpin partai sayap kanan Denmark Starm Kurs, Rasmus Paludan membakar salinan Al-Qur’an, Jumat (22/3). Hal itu dilakukan sebagai bentuk protesnya atas sejumlah Muslim yang menunaikan Shalat Jumat di depan gedung parlemen negara sebagai aksi solidaritas untuk para korban penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru. 

Baca Juga

Dalam laporan pusat kajian Ras dan Gender Universitas California-Berkeley, menunjuk pada sejumlah sikap yang lahir dari serangkaian pandangan terhadap Islam. Islam adalah agama yang monopolitik (tunggal-kaku tanpa variasi) dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan realitas-realitas baru.

Islam juga tidak memiliki nilai-nilai yang sama dengan yang diajarkan agama-agama besar lainnya. Islam adalah agama inferior dalam pandangan Barat. Merupakan agama yang kuno, biadab, dan tidak rasional.

Bahkan Islam dianggap agama kekerasan dan mendukung terorisme. Hingga wajar Islam merupakan ideologi politik yang buas.

Sementara di Indonesia, Ustaz Adnin Armas menyebutkan, indikasi Islamofobia sudah muncul. Orang-orang yang ingin berkontribusi dan mencintai agama Islam bisa dituduh konservatif, fundamentalis, radikal, anti kemajuan, anti Barat, anti NKRI, dan fitnah-fitnah serupa. 

Lalu, bagaimana menghentikan Islamofobia? Islamofobia hanya bisa dihentikan bila Islam diterapkan secara kaafah karena Islam berasal dari wahyu Allah yang membawa rahmat atas sekalian alam dan hukum yang fitrah, menentramkan, membawa damai. 

Dibuktikan pada masa kepemimpinan Islam yaitu Khilafah. Seorang ulama dari Imam Mahzab Syafi’i bernama Al-Qarafiy berkata,“Sesungguhnya diantara kewajiban tiap Muslim terhadap kafir dzimmi (non muslim yang dilindungi dalam negara Islam) adalah berbuat lembut kepada kaum lemah mereka, menutup kebutuhan kefakiran mereka, memberi makan orang yang kelaparan dari kalangan mereka, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, mengajak mereka bicara dengan kata-kata yang lembut, menanggung penderitaan tetangga dari mereka semampunya, bersikap lembut pada mereka bukan dengan cara menakuti, bukan pula dengan cara penghormatan yang berlebihan. Ikhlas memberi nasihat kepada mereka dalam semua urusannya, melawan orang yang hendak menyerang dan mengganggu mereka, menjaga harta, keluarga, kehormatan, dan seluruh hak serta kepentingan mereka. Setiap Muslim bergaul dengan mereka sebaik mungkin dengan akhlak mulia yang dapat dia lakukan.”

Dengan kondisi tersebut tak ada kekhawatiran akan terjadi xenofobia (takut keberadaan orang asing). Perlu kembali memahami sejarah Islam dengan benar dan menyadari bahwa ketiadaan kepemimpinan Islam saat ini yang menimbulkan islamofobia. Karena saat Islam memimpin peradaban, konflik bisa diminimalisir, sikap santun dan lembut diberikan pada kafir dzimmi (non muslim).

Pengirim: Rindyanti Septiana S.Hi, Penggiat Literasi Islam dan Kajian Islam Politik Medan

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement