Kamis 28 Mar 2019 21:01 WIB

Mahasiswa ITB Juarai Indonesia Water Challenge

Mahasiswa ITB mendesain terminal Teluk Lamong, Surabaya.

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Esthi Maharani
Kampus ITB
Kampus ITB

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dua mahasiswa Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB), Dwi Khoirin Nisa’ dan Achmad Mawardi Nur El Fayed berhasil menjuarai kompetisi Indonesia Water Challenge (IWC) 2019. Mereka mendesain terminal Teluk Lamong, Surabaya.

Mahasiswa ITB telah melalui serangkaian proses seleksi individu dan bersaing dengan 25 mahasiswa dari beragam universitas di Indonesia juga dari Australia yang diwakili University of New South Wales (UNSW), dikelompokkan menjadi 5 tim pada tahap final. Tiap tim ditantang untuk mendesain Terminal Teluk Lamong Surabaya menjadi pelabuhan yang menggunakan prinsip Eco-Smart Port.

Sebagai solusi, tim Ririn dan Fayed memberikan desain yang diberi nama “Lamong Bay for Better Indonesia”. Inovasi dan desain yang ditawarkan mencakup Integrated Industry Clustering, Port Railway and Wind Turbine, Waste Water Treatment Plant, Lamong Green Area, Fisherman Village dan juga Marine Conservation for Ecosystem and Tourism.

Salah satu yang paling diunggulkan adalah pemanfaatan mode transportasi kereta di lingkungan pelabuhan yang digerakkan oleh turbin-turbin angin yang dipasang di sekitar pelabuhan. Selain itu, masyarakat sekitar pelabuhan juga dibangun dan dibina melalui program Fisherman Village dan juga pengembangan ekosistem mangrove yang sudah ada menjadi tempat wisata.

"Strategi tim ini adalah mengkaji segala kemungkinan potensi dari pelabuhan yang dapat dikembangkan. Keunggulan yang dimiliki tim ini adalah bagaimana pengembangan pelabuhan tidak hanya dilihat pada operasi pelabuhan tapi juga masyarakat di sekitarnya," kata Fayed seperti dikutip dari laman ITB, Kamis (28/3).

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam mengikuti lomba ini adalah bekerja dalam tim dan menghadapi berbagai kultur yang berbeda. Dalam tim, Fayed dan Ririn tidak hanya berdua namun berlima bersama dengan dua mahasiswa UGM dan satu mahasiswa ITS lainnya.

“Solusi tim yang dihasilkan adalah gabungan ide dari tiap anggota kelompok dengan asal jurusan berbeda-beda dan memiliki potensi untuk berkontribusi berdasarkan latar belakang keilmuan masing-masing,” ujarnya.

Selain itu, komunikasi menjadi tantangan lain karena performa mereka dinilai oleh orang Belanda. Sebagai mahasiswa tingkat akhir, Fayed dan Ririn berencana masih akan mengikuti lomba-lomba lainnya, sebab mereka meyakini hal tersebut dapat mengembangkan diri mereka terkait berbagai ilmu disiplin untuk latihan berpikir dalam kelompok besar dan beragam.

IWC merupakan lomba tahunan kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda untuk meningkatkan kepekaan generasi muda Indonesia terhadap isu maritim. Pada penyelenggaraan IWC yang ketiga ini, tema yang dibawakan adalah Eco-Smart Port, desain pengelolaan pelabuhan yang memperhatikan prinsip PPP (people, planet, profit) dan mengandalkan perkembangan teknologi otomatis maupun semiotomatis dalam pengoperasiannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement