Ahad 24 Mar 2019 14:39 WIB

Lelaki yang Lebih Mencintai Kalena

Saya tidak pantas merasa kehilangan sesuatu yang bukan milik saya sendiri

Lelaki yang Lebih Mencintai Kelana
Foto:

Enam bulan berselang. Amzani terpaku saat Kalena membuka pintu. Buru-buru ia memelihara pandangan matanya, begitu pun Kalena terhadap Amzani.

“Waalaikumussalam, Mas Amzani!”

“Ustaz Jamalnya ada?” suara Amzani terdengar nervous.

Kalena menjawab, “Ada, Mas, silakan duduk. Saya panggil abi di kamar.”

Amzani duduk di kursi ruang tamu. Matanya segera tertuju ke sebuah tempat. Alangkah terkejutnya Amzani karena foto Kalena di dinding itu tidak ada lagi di tempatnya. Ia sedikit kecewa sekali pun tadi baru melihat pemilik foto itu.

Ustaz Jamal menemui Amzani yang terdiam di tempat duduknya. Amzani tak menyadari bila di hadapannya sudah duduk Ustaz Jamal.

“Nak Amzani!” panggil Ustaz Jamal.

Amzani tergagap, “Oh, iya saya Ustaz. Maaf saya tidak tahu Ustaz sudah di depan saya.”

“Tadi bapak melihat Nak Amzani seperti kehilangan sesuatu di dinding itu? Ada apa ya Nak Amzani?”

Amzani tersipu, “Oh tidak, Ustaz, saya tidak pantas merasa kehilangan sesuatu yang bukan milik saya sendiri.”

Ustaz Jamal memandang Amzani dengan teliti. Seolah ingin mengetahui isi hati  Amzani lebih dalam lagi. Dalam pada itu, Umi Maysun ikut bergabung di ruang tamu itu. Sementara dari balik tirai ruang tamu, dua buah daun telinga lekat tegak terpasang.

“Nak Amzani,” seru Umi Maysun. “Bagaimana pendapat Nak Amzani, bila foto itu kami berikan kepada Nak Amzani?”

Amzani terpana. Ia belum mengerti maksud Umi Maysun. Amzani memang mengetahui Kalena seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Tetapi apa Kalena mau bersuamikan dirinya?

“Bukankah Nak Amzani pernah menulis, ‘Semoga Kalena hidup bahagia bersama lelaki yang lebih mencintainya?’ Bukankah lelaki itu Nak Amzani sendiri?”

Amzani terkesiap. Ia memang pernah menuliskan pesan itu di kado pernikahan Kalena dan Fatih.

“Saya memang sangat mencintai Kalena, akan tetapi apakah Abi Jamal dan Umi Maysun hanya berkenan memberikan foto Kalenanya saja?”

“Kalau kau hanya perlu fotonya, ya boleh saja,” jawab Ustaz Jamal.

Tawa pun berderai-derai di ruang tamu itu. Kalena yang menguping pembicaraan dari balik tirai ikut merasakan kebahagiaan sebagaimana kebahagiaan orang tuanya dan Azmani lelaki yang lebih mencintainya.

-- Indramayu, 2017

 

 

TENTANG PENULIS

FARIS AL FAISAL lahir dan tinggal di Desa Parean Girang Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat. Bergiat di Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Forum Masyarakat Sastra Indramayu (Formasi). Menulis fiksi dan non fiksi. Karya fiksinya adalah novela Bunga Narsis Mazaya (Publishing House: 2017), Antologi Puisi Bunga Kata (Karyapedia Publisher: 2017), //Kumpulan Cerpen Bunga Rampai Senja di Taman Tjimanoek (Karyapedia Publisher: 2017), novelet Bingkai Perjalanan (LovRinz Publishing: 2018), dan Antologi Puisi Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian (Rumah Pustaka: 2018). Sedangkan karya nonfiksinya yaitu Mengenal Rancang Bangun Rumah Adat di Indonesia (Penerbit Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2017)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement