Jumat 22 Mar 2019 15:53 WIB

UGM dan UNY Tambah Jumlah Guru Besar

UGM menambah guru besar taksinomi tanaman, UNY menambah gubes pendidikan vokasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Pengukuhan Guru Besar Taksonomi Tumbuhan UGM, Prof Purnomo, di Balai  Senat UGM, Selasa (19/3).
Foto: ugm
Pengukuhan Guru Besar Taksonomi Tumbuhan UGM, Prof Purnomo, di Balai Senat UGM, Selasa (19/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali menambah jumlah guru besar. Ada Prof Purnomo jadi Guru Besar Taksonomi Tumbuhan UGM, dan Prof Sutarto jadi Guru Besar Kurikulum Pendidikan Vokasi UNY.

Pada pengukuhannya, Prof Purnomo memberikan pidato ilmiah berjudul Perkembangan Kajian Taksonomi dan Peranannya Dalam Budidaya Tumbuhan. Ia mengatakan, kajian taksonomik, sistematik hingga biosistematik perlu bagi semua spesies tumbuhan.

Baca Juga

"Terlebih, spesies yang potensial dikembangkan jadi tanaman budidaya tertentu tertentu, itu perlu dilakukan mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang menyimpan banyak plasma nutfah tumbuhan," kata Purnomo di Balai Senat UGM, Selasa (19/3).

Ia menilai, penelitian klasifikasi, tata nama identifikasi dan kekerabatan tanaman budidaya penting dilakukan. Penelitian itu dirasa perlu dilaksanakan baik sebelum maupun setelah budidaya tumbuhan.

photo
Pengukuhan Guru Besar Kurikulum Pendidikan Vokasi UNY, Prof Sutarto, di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Rabu (20/3).

Selain itu, klasifikasi botanis dan klasifikasi interspesies baik formal maupun bebas juga diperlukan. Langkah itu penting dilakukan lantaran kajian jadi dasar pemuliaan tumbuhan budidaya dan konservasi hayati spesies tumbuhan.

Terpisah, pada pengukuhannya, Prof Sutarto memberikan pidato ilmiah berjudul Filosofi dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Vokasi dalam Era Disrupsi. Ia menilai, pengembangan kurikulm vokasi perlu merujuk filosofi yang diyakini.

Mulai esesialisme, pragmatisme dan konstruktivisme dengan penekanan yang salah satu filosofinya sesuai konteks sosio-demografis. Misal, daerah yang jumlah sebaran bisnis dan industri memadai dapat merujuk folosofi.

"Sebaliknya, untuk daerah dengan jumlah penganggur yang tinggi dan miskin bisnis dan industrinya lebih merujuk kepada pragmatisme dan konstruktivisme, perlu sinergitas dan sinkronitas nasional dan lokal," ujar Sutarto di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Rabu (20/3).

Khususnya, lanjut Sutarto, Bapenas dan Bapeda dalam pengembangan kurikulum sekolah vokasi berbasis spektrum jenis dan jumlah keahlian yang diperlukan. Sehingga, prospek lulusan bekerja, melanjutkan dan wirausaha dapat optimal.

Ia melihat, kepedulian terhadap pendidikan vokasi, dari masa ke masa, utamanya sekolah menengah kejuruan cukup besar. Pada orde baru, 1970an, dibangun delapan STMP yang saat ini diubah namanya menjadi SMKN.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement