Jumat 22 Mar 2019 14:15 WIB

Siswa yang Diterima SNMPTN Berkurang Dibanding Tahun Lalu

Penurunan jumlah siswa karena seleksi berdasarkan akreditasi sekolah.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan 92.331 siswa diterima Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2019. Jumlah tersebut berkurang dibanding tahun lalu yang mencapai 110.946 orang.

"Sementara, jumlah siswa yang mendaftar (2019) sebanyak 478.608 orang," ujar Menristekdikti dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (22/3).

Baca Juga

Jumlah siswa yang diterima tersebut berkurang sedikit dibandingkan tahun lalu,yang mencapai 110.946 orang. Pada tahun lalu, jumlah siswa yang mendaftar sebanyak 586.155 orang.

Nasir mengatakan turunnya jumlah siswa yang diterima tersebut dikarenakan seleksi berdasarkan akreditasi sekolah. Sekolah dengan akreditasi A mengambil 40 persen terbaik di sekolahnya, akreditasi B mengambil 25 persen terbaik di sekolahnya dan akreditasi C lima persen terbaik

Sedangkan untuk pendaftar beasiswa Bidikmisi, yang diterima pada tahun ini sebanyak 28.069 siswa dari 137.149 siswa yang mendaftar. Bidikmisi merupakan beasiswa bagi siswa dari keluarga yang tidak mampu namun memiliki prestasi akademik.

Untuk persentasi pendaftaran dan diterima per provinsi, yakni Jawa Barat sebanyak 74.275 siswa dan Jawa Timur untuk jumlah siswa yang diterima sebanyak 13.373 siswa. Jumlah yang diterima SNMPTN dari jalur Bidikmisi paling banyak dari Jawa Timur sebanyak 2.769 siswa.

Sebanyak 10 besar siswa yang diterima per PTN yakni Universitas Brawijaya (3.957), Universitas Negeri Padang (2.591), Universitas Sumatera Utara (2.508), Universitas Pendidikan Indonesia (2.493), Universitas Jember (2.215), Universitas Andalas (2.154), Universitas Diponegoro (2.146), Universitas Negeri Semarang (2.115), Universitas Halu Oleo (2.070), dan Universitas Syiah Kuala.

Sementara, sebanyak 10 besar siswa yang berpotensi diterima Bidikmisi per PTN yakni Universitas Negeri Padang (1.390), Universitas Halu Oleo (1.097), Universitas Syah Kuala (1.063), Universitas Andalas (832), Universitas Pendidikan Indonesia (825), Universitas Jember (678), Universitas Sebelas Maret (654), Universitas Sumatera Utara (650), Universitas Mataram (616), dan Universitas Tadulako (611).

Untuk 10 program studi saintek dengan keketatan tertinggi yakni Teknik Informatika Universitas Padjadjaran (1,39 persen), Prodi Teknik Informatik Universitas Hasanuddin (1,71 persen), Prodi Farmasi Universitas Jenderal Soedirman (1,77 persen), Prodi Pendidikan Kedokteran Gigi Unversitas Jenderal Soedirman (1,80 persen), Prodi Farmasi Universitas Universitas Padjajaran (1,80 persen), Prodi Farmasi Universitas Syiah Kuala (1,81 persen), Prodi Kedokteran Gigi Universitas Diponegoro (1,82 persen), Prodi Psikologi Universitas Padjadjaran (1,83 persen), Prodi Ilmu Gizi Universitas Jenderal Soedirman (1,86 persen), dan Prodi Keperawatan UPN Veteran Jakarta (1,99 persen).

Sebanyak 10 program studi soshum dengan keketatan tertinggi yakni Prodi Manajemen Universitas Negeri Jakarta (0.71 persen), Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Jakarta (1,16 persen), Prodi Akuntansi Universitas Negeri Jakarta (1,17 persen), Prodi Manajemen Universitas Padjadjaran (1,3 persen), Prodi PGSD Universitas Sriwijaya (1,32 persen), Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Jakarta (1,55 persen), Prodi Pariwisata UGM (1,72 persen), Prodi Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta (1,9 persen), Prodi Ilmu Hubungan Internasional UGM (1,91 persen), dan Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Negeri Jakarta (1,92 persen).

"Kami minta siswa untuk segera melakukan pendaftaran ulang di PTN tujuan," ujar Nasir .

Peserta yang dinyatakan lulus seleksi jalur SNMPTN 2019 akan diterima di PTN dengan syarat memenuhi ketentuan lolos verifikasi data akademik. Bagi peserta Bidimkisi harus lolos verifikasi terhadap data akademik dan verifikasi data ekonomi melalui dokumen dan cek fakta ke lapangan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement