Rabu 20 Mar 2019 22:36 WIB

Bahas SDGs, Fikes Unas Gelar Seminar Internasional ICHS

Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait permasalahan SDGs.

Suasana seminar internasional ICHS yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Unas.
Foto: Dok Unas
Suasana seminar internasional ICHS yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Unas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  – Fakultas Ilmu Kesehatan  (Fikes) Universitas Nasional (Unas) menyelenggarakan seminar internasional pertama atau The 1st International Conference on Health Sciences (ICHS) yang mengambil tema ‘’The Role of Health Professional to Improve Quality of Care in Achieving Sustainable Development Goals (SDGs)’’.  Seminar yang diadakan di Jakarta, Kamis (14/3) ini mengundang pembicara dari berbagai negara dan lembaga terkait serta diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Sustainable Development Goals (SDGs ) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi . Tujuan ini dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga tahun 2030. 

Seminar dibuka oleh kementerian kesehatan yang diwakili oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Kesehatan, Drs  Zaenal Komar, Apt, MA bersama Rektor Universitas Nasional, Dr  El Amry Bermawi Putera di hadapan ratusan peserta  yang memadati ballroom Hotel Merlynn Park. Dalam sambutan menteri kesehatan yang dibacakan oleh Zaenal, menteri menekankan pentingnya kesehatan dalam fokus SDGs untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah telah memasukkan program ini dalam nawacita dan telah melakukan Transformasi Kesehatan untuk kurun waktu 2005 – 2024.

‘’Antara lain penguatan sistem kesehatan, meningkatkan pelayanan primer serta memperbaiki fasilitas kesehatan di daerah perbatasan. Jika saat ini melihat ke daerah perbatasan, telah dibangun  rumah sakit dan puskesmas yang representatif untuk masyarakat,’’ ungkap Zaenal seperi dikutip dalam rilis Unas yang diterima Republika.co.id, Senin (18/3).

Nara sumber lain yang hadir pada sesi pertama seminar internasional tersebut adalah  dr  Tini Setiawan  MKes, dari World Health Organization (WHO). Ia mengatakan,  salah satu isu yang menjadi fokus WHO dalam SDGs adalah soal kerawanan pangan atau Food Security yang dalam matriks SDGs ada di nomor 2 yaitu Zero Hunger.

‘’Tahun 2014  hingga 2017, tingkat kerawanan pangan mengalami peningkatan di seluruh dunia, terutama di benua Afrika, Asia dan juga Amerika Latin,’’ ungkapnya.

Saat ini, lanjut Tini, WHO menggunakan metode Food Insecurity Experience Scale (FIES) untuk mengukur tingkat kerawanan pangan. FIES adalah metrik berbasis pengalaman dari tingkat kerawanan pangan.

Sedangkan Pungkas Bahjuri Ali dari direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) menegaskan,  SDGs tidak dapat dilakukan sendiri namun harus melibatkan banyak pihak baik dari kelembagaan maupun masyarakat.

‘’Permasalahan terbesar di Indonesia di bidang kesehatan salah satunya adalah masalah penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit lain yang disebabkan karena perilaku kita. Makan tidak benar, olahraga kurang. Satu  dari empat  penduduk Indonesia  mengalami obesitas dan kurang dari 10 persen  orang di Indonesia kurang makan buah dan sayur. Mengubah perilaku itu hal yang sulit. Jadi harus dilakukan secara sinergis dan bersama,’’ paparnya.

photo
International Conference on Health Sciences (ICHS) yang digelar oleh Fikes Unas dihadiri oleh para nara sumber dari dalam dan luar negeri.

Untuk itu, peranan para profesional di bidang kesehatan sangat penting untuk mendukung kesuksesan SDGs. Hal ini turut disoroti oleh Rektor Unas, El Amry Bermawi Putera dalam sambutannya. Menurut El Amry, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait permasalahan  SDGs. Misalnya, kata rektor, tentang pembayaran kesehatan, menurunkan tingkat kematian ibu hamil dan prevelensi HIV dan AIDS, memastikan kelestarian lingkungan dan sanitasi yang baik untuk masyarakat yang masih jauh dari target yang telah dibuat 15 tahun yang  lalu.

‘’Kebijakan pemerintah harusnya lebih memperhatikan pekerja kesehatan, yang menjadi garda terdepan sebagai agen perubahan dalam bidang kesehatan, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam kesuksesan program SDGs,’’ tegas El Amry.

Ketua Pelaksana Seminar Internasional Fikes  ICHS, Ns  Dayan Hisni SKep, MNS mengatakan seminar internasional ini juga menampilkan  nara sumber dari Korea dan Kedutaan Australia. Seminar juga   dihadiri oleh Prof dr Ali Ghufrom Mukti MSc, PhD, direktur jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

‘’Selain seminar, kami juga mengadakan presentasi oral dan poster yang diikuti oleh 280 peserta yang datang tidak hanya dari Jakarta, namun juga dari luar kota seperti Indramayu, Semarang hingga luar Jawa,’’ papar Dayan.

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional, Dr  Retno Widowati MSi menambahkan, seminar internasional ini akan menjadi agenda tahunan FIKES.

‘’Fikes saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Kegiatan ini merupakan bagian dari Tri Darma Perguruan Tinggi yang akan menjadi agenda tahunan. Nantinya tidak hanya penelitian namun juga kami akan mengadakan konferensi pengabdian kepada masyarakat,’’ tuturnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement