Selasa 19 Feb 2019 10:40 WIB

ITB Siapkan Teknologi Konversi Sawit Jadi Bahan Bakar Nabati

Kebutuhan katalis di Indonesia saat ini cukup besar mencapai 500 juta dolar AS

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Nidia Zuraya
Biodiesel (ilustrasi)
Foto: olipresses.net
Biodiesel (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Institut Teknologi Bandung (ITB) menyiapkan teknologi untuk mengkonversi tanaman kelapa sawit menjadi bahan bakar. Bahan bakar ini nantinya tergolong dalam bahan bakar nabati.

Indutri Katalis Pendidikan yang dimiliki di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK) Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut Teknologi Bandung (ITB) telah menghasilkan produk-produk inovasi di bidang katalis.

Baca Juga

Penelitian pengembangan katalis ini sebenarnya sudah dirintis sejak 35 tahun lalu oleh Prof Subagjo dan para peneliti di Teknik Kimia bersama sejumlah mahasiswa program studi Teknik Kimia S1, S2, dan S3 di ITB. Keberadaan laboratorium tersebut menjadi bukti bahwa produk penelitian Indonesia mampu menjawab tantangan kemandirian bangsa.

Penelitian dan pengembangan formula, karakterisasi dan uji kinerja katalis dalam skala Lab. dilakukan di TRKK ITB, sedangkan pengujian skala pilot dan juga skala industri dilakukan di Industri. Untuk itu Prof Subagjo Guru Besar Teknik Industri ITB menegaskan bahwa kerja sama dengan industri sangat penting.

“Kerja sama dengan industri sangat diperlukan terutama untuk pengujian skala pilot dan juga skala industri. PT Pupuk Iskandar Muda dan Pertamina (Persero) adalah mitra-mitra industri pertama yang memberi kesempatan pengujian hasil pengembangan laboratorium di reaktor skala industri,” ujarnya dalam siaran persnya, Selasa (19/2).

Lab TRKK bekerja sama dengan Research Technology Center (RTC) Pertamina telah menghasilkan berbagai katalis hydrotreating. Sejak 2011 hingga saat ini tidak kurang dari 140 ton katalis hydrotreating telah diproduksi dan digunakan di 8 reaktor di 5 kilang Pertamina.

Lebih lanjut ia mengatakan kebutuhan katalis di Indonesia saat ini cukup besar, diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS dan hampir seluruhnya diimpor dari luar negeri. Hanya sebagian kecil saja yang dapat diproduksi di Indonesia dengan membawa lisensi dari luar negeri.

Menurut Prof Subagjo, pemerintah harus berani mengambil keputusan dalam produksi katalis nasional, karena katalis memegang peran kunci dalam pengembangan dan penyelenggaran industri kimia. Pada kurun waktu 5 tahun terakhir ini Laboratorium TRKK-ITB bersama RTC Pertamina sedang mengembangkan katalis untuk konversi minyak sawit menjadi BBN (Bahan Bakar Nabati), diesel nabati, avtur nabati, dan bensin nabati.

Dengan proses dan katalis tersebut, dijelaskan Prof Subagjo, Indonesia akan dapat mengurangi impor minyak mentah (crude oil) maupun bahan bakar minyak (BBM). Katalis generasi pertama sudah dikembangkan sejak 2010, sedangkan generasi kedua mulai dikembangkan pada 2015.

Katalis generasi kedua ini, dinamakan PIDO130-1,3T, telah diuji menggunakan reaktor pilot di RTC Pertamina selama lebih dari 10 bulan. “Pertamina juga telah memberi kesempatan untuk pengujian di Kilang Dumai Pertamina pada bulan Maret yang akan datang,” ujar Prof Subagjo.

Dengan katalis tersebut, sawit yang begitu melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Namun kendala produksi massal BBN ini yang sering dihadapi ialah dari aspek keekonomian.

Menurut Prof Subagjo, aspek keekonomian dari industri BBN harus menjadi nomor dua di tengah pertimbangan impor BBM yang sudah sangat besar. Dikatakannya, industri-katalis pendidikan tidak hanya mampu memproduksi katalis semata, namun juga teknologi proses yang suatu saat dapat mengantarkan bangsa indonesia mandiri dalam teknologi proses.

Sejak diresmikan Menteri Ristekdikti RI Prof Moh Nasir dengan nama Industri-Katalis Pendidikan, sudah ada tujuh menteri di pemerintahan Presiden Joko Widodo yang berkunjung ke Industri-Katalis Pendidikan ITB. Terakhir, ialah kunjungan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan.

Menurut Menteri Luhut, proses konversi minyak sawit menjadi BBN yang telah dihasilkan perlu didorong untuk diimplementasikan secara massal. “Penggunaan katalis untuk konversi sawit menjadi BBN, bisa menjadikan kita sebagai bangsa yang mandiri di bidang energi, sehingga tidak tergantung kepada asing” tutur Prof Subagjo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement