REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keamanan Pemilu menjadi hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh Pemerintah agar momen yang disebut sebagai pesta demokrasi tersebut berjalan lancar. Peneliti populi center, Rafif Pamenang Imawan mengatakan, kerawanan yang terjadi di Pemilu tidak hanya pada sebelum atau berlangsung namun juga setelahnya.
Rafif mengungkapkan, setelah Pemilu biasanya akan banyak pergesekan di masyarakat. "Jika kita melihat bagaiaman demokrasi ke belakang terakhir ini, justru kerusuhan terjadi pascapemilu, khususnya pilkada, bahkan pilkades saja bisa rusuh," kata Rafif dalam diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (16/3).
Ia menjelaskan, kekerasan setelah pemilihan kepala daerah biasanya terjadi cukup mengkhawatirkan. Banyak pendukung yang tidak terima dan akhirnya terjadi pergeskan di masyarakat.
"Akumulasi kerusuhannya biasanya muncul seperti misalnya sengketa hasil Pilkada," kata dia menjelaskan.
Sementara itu, Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Purwanto mengatakan sebetulnya kedua pasangan calon yang akan berlaga dalam Pemilu sudah selesai dengan diri mereka. Ia yakin sebetulnya secara pribadi kedua paslon memahami adanya kekalahan ataupun kemenangan dalam Pemilu.
Namun, ia mengungkapkan biasanya memang akan terjadi pergesekan antara pendukungnya. "Paslon kita ini orang yang sudah selesai dengan dirinya. Hanya saja, seperti dalam sepak bola, supporternya seringkali lebih seru," kata dia.
Apabila ada yang tidak terima dengan hasil Pemilu, maka seharusnya bisa diselesaikan secara hukum sesuai dengan aturan. Segala keberatan dan tidak terima bisa dijelaskan dalam sebuah peradilan yang resmi tanpa harus terjadi pergesekan.
"Bagi yang tetap ngotot itu lihatlah aturannya bagaimana. Secara prinsip adalah kita bangun bahwa negeri kita ini yang buat kita sendiri, yang mematuhi ya harus kita," kata Wawan lagi.