Rabu 13 Mar 2019 07:13 WIB

Membangkitkan Kenangan Trem di Kota Malang

Jalur trem diyakini masih terkubur di bawah tanah jalan-jalan Kota Malang

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejarah trem di Kota Malang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang mengadakan kajian sejarah trem di Museum Mpu Purwa, Malang.
Foto:
Sejarah trem di Kota Malang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang mengadakan kajian sejarah trem di Museum Mpu Purwa, Malang.

Sejarawan Kota Malang, Dwi Cahyono mengungkapkan, hingga kini sebenarnya masih ada sisa-sisa peninggalan jalur kereta api di masa lalu. Salah satunya, yakni jembatan trem di wilayah Lokpadas. Jembatan ini menghubungkan trem dari Blimbing ke Tumpang dengan melintasi Kalisari.

Secara umum, jalur kereta api atau trem di masa lalu terbilang cukup panjang dan berpencar ke sejumlah arah. Jalan utama di kawasan Kayutangan termasuk yang pernah dilalui jalur tersebut. Kemudian berlanjut hingga membelah alun-alun kotak Kota Malang.

Menurut Dwi, peninggalan jalur trem tersebut sebenarnya masih ada di tanah-tanah Kota Malang. Hanya saja, jalur-jalur ini tertutup dengan aspal jalanan. Jika digali, dia yakin, bukti jalur tersebut masih tersedia.

Hal yang paling unik, Dwi juga menceritakan, bagaimana dahulu para pedagang kaki lima berjejer di pinggiran rel Alun-alun Kotak, Kota Malang. Dalam hal ini posisinya sangat dekat dengan jalur tersebut. Dari sini, ia menyimpulkan, ukuran trem termasuk lebar rel terbilang lebih kecil jika dibandingkan dengan kereta saat ini.

Di sisi lain, ia juga menemukan foto di mana tak ada palang pintu di jalur trem Malang Raya. Jalur trem menyatu dengan jalanan kendaraan lain termasuk para pejalan kaki. Kontruksi rel trem sepertinya jelas sangat berbeda dengan yang dimiliki perkeretaapian saat ini.

"Nampaknya tidak terjadi masalah (kecelakaan trem), mungkin kepadatan manusianya saat itu tak seberapa. Satu jalan bisa dipakai semua kendaraan, termasuk di tengah-tengahnya untuk trem," jelasnya.

Sementara ihwal jejak bangunan stasiunnya, Komunitas Railway Malang Raya memastikan masih banyak yang berdiri tegak hingga kini. Beberapa di antaranya seperti Stasiun Kotabaru dan Kotalama, Malang.

photo
Sejarah trem di Kota Malang: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang mengadakan kajian sejarah trem di Museum Mpu Purwa, Malang.

Media Officer Komunitas Railway Malang Raya, Arif Trilaksono menjelaskan, Stasiun Kotalama dibangun sekitar 1897. Hal ini berarti bersamaan dengan pembangunan jalur Bangil-Malang-Blitar. Stasiun ini juga disebut sebagai yang tertua di Malang dan kesembilan di Indonesia.

Menurut Arif, rel di stasiun Kotalama memiliki usia yang cukup tua dibandingkan lainnya. Ditambah lagi, dia melanjutkan, ukuran relnya relatif kecil sehingga kecepatan kereta api di area tersebut dibatasi. Kereta api hanya boleh melintas sekitar 60 kilometer per jam.

Sementara Stasiun Kota Baru sendiri mulai dibangun sejak 1940 lalu selesai setahun kemudian. "Yang jadi pertanyaannya, kenapa harus ada stasiun Kotabaru di arah barat, kan sudah ada stasiun Kotalama di wilayah timur?" tegas Arif.

Menurut Arif, keberadaan Stasiun Kotabaru ini tak lepas dari rencana pengembangan Malang yang telah berstatus sebagai kota praja. Pemerintah ingin memindahkan pusat kota termasuk perihal masalah transportasinya.

"Akhirnya ada rencana pemindahan stasiun sisi timur ke barat. Penumpang bisa langsung menuju tengah kota, enggak perlu muter dulu ke Brantas dan sebagainya," tutup dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement