Sabtu 09 Mar 2019 18:12 WIB

UNS Ajak Civitas Akademika Melek Fintech

Kesadaran masyarakat khususnya generasi millennial terhadap fintech sangat penting

Rep: Binti Sholikah/ Red: Esthi Maharani
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dan Menteri Kominfo Rudiantara menjadi pembicara di acara Fintech Goes to Campus : Kolaborasi Millenial dan Fintech Menyongsong Revolusi Industri 4.0, di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sabtu (9/3).
Foto: Republika/Binti Sholikah
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dan Menteri Kominfo Rudiantara menjadi pembicara di acara Fintech Goes to Campus : Kolaborasi Millenial dan Fintech Menyongsong Revolusi Industri 4.0, di Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sabtu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO – Universitas Sebelas Maret (UNS) mengajak civitas akademika yang merupakan generasi millenial untuk lebih paham mengenai inovasi jasa keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech). Salah satu caranya melalui sosialiasi betajuk Fintech Goes to Campus yang digelar oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS bekerja sama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJk).

Fintech Goes to Campus yang mengambil tema Kolaborasi Millenial dan Fintech Menyongsong Revolusi Industri 4.0 tersebut digelar di Auditorium UNS, Solo, Sabtu (9/3). Seminar tersebut menghadirkan keynote speaker Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara serta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada stakeholder, civitas akademika dan masyarakat umum terkait fintech, digital business dan arah kebijakan OJK.

Kesadaran masyarakat khususnya generasi millennial terhadap fintech dianggap sangat penting dan perlu semakin di kembangkan. Hal itu melihat fintech mampu menciptakan berbagai peluang usaha baru yang menggunakan platform digital sebagai basis usaha.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Google dan Temasek dalam E-Conomy SEA 2018 Southeast Asia’s Internet Economy, menunjukkan nilai ekonomi dari bisnis digital Indonesia mencapai 27 miliar dolar AS pada 2018. Angka tersebut naik 49 persen dari 2015. Pertumbuhan bisnis digital yang pesat sejalan dengan terhadap pertumbuhan pengguna teknologi finansial (fintech). Institute for Development of Economics and Finance (Indef) beserta Asosiasi Fintech Indonesia juga menyatakan fintech memberikan kontribusi sebesar Rp 25,97 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut Wimboh menceritakan pengalaman sewaktu menjadi mahasiswa FEB UNS. Dulu mahasiswa membayar SPP harus antre dan rebutan. Kini, dengan era teknologi, masyarakat mendapat keuntungan. Apalagi perkembangan lembaga jasa keuangan (LJK) yang luar biasa.

"Bayar SPP sudah tidak perlu antre. Ngirim uang tidak perlu ke bank. Sehingga bank tidak perlu banyak pegawai dan banyak cabang. Ini bagaimana masyarakat mendapat keuntungan paling banyak tapi bangsa dan negara juga mendapatkan keuntungan," terangnya di hadapan seribuan mahasiswa.

Negara diuntungkan dengan teknologi tersebut bisa mendorong pembangunan dan masuk ke daerah terpencil. Sehingga masyarakat yang tadinya tidak bisa diakses menjadi terkases. Selain itu, teknologi digital juga dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement