Kamis 28 Feb 2019 19:42 WIB

Kurikulum SMK Harus Disusun Sesuai Kebutuhan SDM Industri

Jika kurikulum sudah sesuai dengan industri, tak ada lulusan SMK yang menganggur

Rep: Bowo pribadi/ Red: Esthi Maharani
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo

REPUBLIKA.CO.ID,  DEMAK -- Politik pendidikan penting menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan industri. Jika dahulu kurikulum yang diterapkan tidak cocok dengan sektor industri, saat ini jangan sampai terulang kembali.

“Jangan kita biarkan kurikulum kita seperti itu. Harus kita ubah dengan cepat. Kalau SDM kita tidak bisa ketinggalan jauh,” kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pada peluncuran Program Pendidikan Vokasi Industri Jawa Tengah dan DIY tahap kedua, yang dilaksanakan di PT Delta Dunia Sandang Tekstil, Kabupaten Demak, Kamis (28/2).

Jika kurikulum sudah disusun sesuai dengan kebutuhan industri, kata Ganjar, maka tidak ada cerita lagi lulusan SMK yang menganggur. Karena link and match antara industri dengan SMK di Jawa Tengah dan DIY mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja.

Gubernur mengatakan masih ada yang mengeluh lulusan SMK justru banyak yang menganggur. Ia mencontohkan banyak siswa yang masuk sekolah kejuruan otomotif, tata busana dan tata boga hingga kejuruan akuntansi pada akhirnya bekerja di bidang konveksi yang membutuhkan keahlian menjahit. 

“Semuanya jahit, karena lapangan kerjanya yang paling dibutuhkan memang menjahit. Jangan- jangan ada yang keliru dengan kurikulum yang diterapkan di SMK selama ini. Sehingga, akhirnya dilakukan penyelarasan 35 kurikulum dengan 146 kompetensi," katanya.

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto. Menurutnya Kementerian perindustrian menyiapkan program yang dipertemukan dengan Kementerian Pendidikan sehingga bisa saling melengkapi. Yang dilakukan adalah kurikulum yang diubah. Dari penyesuaian kurikulum tersebut, akhirnya terjadi banyak jalinan perjanjian antara dunia industri dengan pendidikan. Tercatat ada 585 perjanjian antara 116 perusahaan dengan 391 SMK pada tahun 2018.

Pun demikian 2.340 SMK dengan 861 perusahaan dengan total 4.293 perjanjian. Bahkan tahun 2019 ada 2.685 SMK yng dibina oleh perusahaan industri di tingkat nasional. Kerjasama ini sesuai arahan Presiden untuk mencetak 1 juta lulusan SMK yang dikombinasikan pelatihan 3 in 1.

“Mereka dilatih, sertifikasi dan dapat pekerjaan,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement