Kamis 14 Feb 2019 03:31 WIB

Selamatkan Remaja Yogyakarta dari Perayaan Hari Valentine

Tingginya aka seks bebas di DIY memperkuat bukti rapuhnya generasi penerus bangsa

Penolakan perayaan hari Valentine
Foto: Antara
Penolakan perayaan hari Valentine

REPUBLIKA.CO.ID, Tingginya angka seks bebas di DI Yogyakarta yang dilakukan anak remaja di bawah umur, memperkuat bukti betapa rapuhnya generasi penerus bangsa ini. Fakta yang telah mencoreng nama baik DIY sebagai Kota Pendidikan tersebut kian menjamur seiring maraknya fasilitas maksiat yang mudah diakses.

Rendahnya pemahaman agama dan lemahnya benteng keluarga juga diperparah dengan kurangnya sanksi bagi para pelaku zina. Untuk menghadapi kondisi ini diperlukan adanya kerja sama dari semua pihak, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara.

Ketika datang tanggal 14 Februari yang sering diperingati sebagai Hari Valentine, maka keluarga, masyarakat, dan negara hendaknya berjuang bersama untuk menolak. Selain itu, mereka juga harus menjauhkan putra-putrinya dari perayaan budaya asing tersebut.

Alasannya jelas, karena Hari Valentine tidak sesuai dengan aturan Islam dan selalu identik dengan kebebasan seks yang dapat menjerumuskan generasi untuk memenuhi nalurinya dengan jalan yang keliru.

-- Bella Septiani Faryan

Biomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement