Selasa 05 Feb 2019 18:21 WIB

Perkuat Studi Keluarga, 10 PTKIN Sinergi dengan Australia

Kerja sama ini merupakan wujud dari regulasi tentang Akreditasi Perguruan Tinggi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
 Penandatanganan MoU antara 10 PTKIN dengan the University of Newcastle, Australia. Kerja sama dilakukan di bidang penguatan studi keluarga.
Foto: Dokumen.
Penandatanganan MoU antara 10 PTKIN dengan the University of Newcastle, Australia. Kerja sama dilakukan di bidang penguatan studi keluarga.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sepuluh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) menjalin kerja sama dengan The University of Newcastle, Australia. Kerja sama ini dilakukan di bidang  penguatan studi keluarga, yang ditandai dengan penandatanganan MoU antara pimpinan 10 PTKIN dengan perwakilan dari The University of Newcastle, Australia.

Sepuluh PTKIN tersebut di antaranya Universitas Islam negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka), UIN Sumatra Utara, UIN Palembang, UIN Semarang, UIN Mataram, UIN Aceh, UIN Makasar, UIN Surabaya, UIN Malang, dan IAIN Surakarta di Jawa Tengah. Penandatanganan MoU dilakukan di UIN Sunan Kalijaga pada Senin (28/1).

Rektor UIN Suka, Yudian Wahyudi mengatakan, kerja sama ini merupakan wujud dari regulasi tentang Akreditasi Perguruan Tinggi yang baru diterbitkan oleh pemerintah. Dalam regulasi tersebut, pimpinan PTKI dituntut untuk berpikir inovatif dengan menyelenggarakan sejumlah inisisasi kolaborasi di bidang penguatan akademis.

Untuk itu, kolaborasi ini perlu dilakukan denan sejumlah instansi baik dalam maupun luar negeri. Keja sama ini termasuk di bidang kolaborasi riset, shortcourse, atau penerbitan jurnal bersama perguruan tinggi. "Kita lakukan penandatanganan MoU ini agar PTKI benar-benar semakin berkualitas dan meraih yang terbaik," kata Yudian.

Ia mengatakan, program kerja sama ini telah lama diharapkan di lingkungan PTKIN, dikarenakan untuk melengkapi kriteria akreditasi dari tujuh standar, telah beralih ke sembilan standar. Sementara, dari sembilan standar tersebut ada poin hubungan internasional.  "Maka perlu terus menambah jaringan kerja sama dengan kampus luar negeri untuk memenuhi standar kriteria akreditasi," jelasnya.

Kepala Subdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Suwendi, yang mewakili Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam menyatakan, orientasi PTKI ke depan harus pada peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing. Untuk itu, perlu konsentrasi dibidang kolaborasi riset, penguatan kapasitas SDM, dan publikasi karya-karya ilmiah serta ketergunaan lulusan PTKI terhadap dunia kerja.

"Perluasan akses dalam tingkat tertentu tetap dilakukan, tetapi perhatian pimpinan PTKI pada isu penguatan mutu, relevansi dan daya saing itu harus menjadi prioritas utama," kata Suwendi.

Menurutnya, kondisi dosen PTKI saat ini perlu afirmasi program yang memadai. Sebab, dari 12 ribu dosen PTKIN, baru sekitar empat persen yang menjadi guru besar.  Untuk itu, Direktorat PTKI mendorong kerjasama dengan The University of Newcastle ini.

Sehingga, terjadi peningkatan kapasitas dosen PTKI, terutama melalui shortcourse riset dan publikasi ilmiah. Sementara itu, Director Family Action Centre UON, The University Of Newcastle, Alan Hayes menjelaskan, program ini akan melahirkan dosen-dosen studi keluarga di UIN dan IAIN.

Nantinya mereka akan memiliki penguatan riset dan karya ilmiah yang terpublikasi di jurnal internasional. Kerja sama akan direalisasikan dalam program-program  kuliah tatap muka, seminar internasional, penguatan studi diploma, pascasarjana untuk mahasiswa bidang studi keluarga meliputi keterlibatan keluarga dalam masyarakat.

Ada juga pelatihan penulisan ilmiah akademik bagi dosen dan penelitian bersama antar universitas. "Mereka akan dilatih selama empat bulan di Australia dengan mekanisme kolaborasi antara UIN atau IAIN dengan kampus Universitas Newcastle," kata Alan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement