Jumat 25 Jan 2019 14:42 WIB

Abbasiyah, Dinasti dari Garis Keturunan Paman Rasulullah SAW

Dinasti Abbasiyah menyempurnakan bangunan peradaban Islam dari dinasti sebelumnya

Peta kekuasaan Daulah Abbasiyah.
Foto:

Tak ketinggalan, ilmu agama juga berkembang pesat. Menurut Badri Yatim, pada masa Dinasti Abbasiyah para ahli tafsir mengenal metode penafsiran Alquran bi al-ma'tsur dan bi al'ra'yi. Metode penafsiran yang pertama didasarkan pada ayat-ayat Alquran, hadis, dan pendapat para sahabat (qawl shahaby). Sedangkan, metode yang kedua didasarkan pada rasionalitas. Tak diragukan lagi, kata Badri Yatim, tafsir bi al'ra'yi dipengaruhi oleh perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan.

Di era ini pula, ilmu fikih berkembang pesat. Keempat imam mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi'i (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M) hidup di zaman dinasti ini.

Kurang pengawasan

Beberapa ahli sejarah menelaah bahwa maraknya perkembangan ilmu pengetahuan Islam itu ternyata tidak disertai dengan kontrol terhadap wilayah-wilayah kekuasaan pemerintah. Menurut Montgomery Watt dalam Politik Islam dalam Lintasan Sejarah, Dinasti Abbasiyah sepertinya sudah puas dengan pengakuan dari provinsi-provinsi yang sebelumnya ditaklukkan oleh Dinasti Umayyah.

Provinsi-provinsi itu, kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, jelas Watt, taat membayar upeti di saat Baghdad masih kuat. Tetapi ketika lemah, mereka menolak membayar pajak, bahkan berani melepaskan diri dari Baghdad.

Inilah salah satu sebab internal runtuhnya dinasti ini. Sejak khalifah al-Mu'tashim (833-842 M) sejumlah provinsi melepaskan diri dari Baghdad dan berdiri menjadi kekhalifahan yang independen. Sebab, eksternalnya adalah Perang Salib dan serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement