Sabtu 12 Jan 2019 12:36 WIB

Komunitas Matahari Kecil Dirikan SMP Terbuka

Saat ini, SMP terbuka yang didirikan Matahari Kecil memiliki 50 murid

Ilustrasi Pendaftaran Sekolah
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi Pendaftaran Sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas pendidikan asal Kota Bandung bernama Matahari Kecil yang didirikan sejak 2015 berhasil mendirikan Sekolah Menengah Pertama Terbuka.

"Komunitas ini berawal dari Karang Taruna Kompleks Gading Regency Seokarno Hatta Kota Bandung," kata pendiri Matahari Kecil, Yasser Muhammad Syaiful (24), di Kota Bandung, Sabtu (12/1).

Saat ini, SMP terbuka yang didirikan Matahari Kecil memiliki 50 murid yang terdiri atas kelas VII sampai IX. Mereka yang menjalani pendidikan di sekolah itu tidak dipungut biaya.

Pembentukan SMP Terbuka Matahari Kecil, kata Yasser, sebagai wujud keprihatinan terhadap anak-anak dari keluarga kurang mampu yang berkeliaran di jalan saat anak-anak lainnya sedang berada pada jam sekolah.

"Jadi waktu itu Karang Taruna Gading Regency menemukan tiga anak yang pendidikannya terhenti di SD. Awalnya mereka berniat menyalurkan ketiga anak tersebut ke SMP Terbuka Firdaus yang berlokasi di daerah Arcamanik, Bandung," katanya.

Akan tetapi, karena kuota murid di SD tersebut penuh, Yasser dan kawan-kawan Karang Taruna Gading Regencu membuka sekolah terbuka sendiri di Masjid Gading Regency.

Saat itu, tim pengajar sekitar 20 orang berasal dari anggota Karang Taruna dan para penghuni kompleks perumahan itu. Seiring berjalannya waktu, Yasser memutuskan membuat struktur organisasi mandiri Matahari Kecil yang kemudian melahirkan tim terbagi menjadi enam divisi, yaitu "sociopreneur", "secretary", "creative project", "human resource", "public relations", dan "documentation".

Belum lama ini, Yasser memutuskan menambah divisi project management karena sekolah terbuka yang semakin luas jangkauannya dan perlu diperhatikan secara khusus.

Sebagai sekolah terbuka, kurikulum SMPT Matahari Kecil menginduk kepada SMPN 8 Bandung, sedangkan murid kelas IX pun mengikuti UASBN dan UNBK di tempat itu, namun seluruh pengajar berasal dari sukarelawan.

Pihak SMPN 8 hanya mengirimkan delegasi untuk memantau kegiatan belajar mengajar. Sebagian buku pelajaran pun didapat dari SMPN 8, sedangkan jumlah terbanyak didapat dari donatur.

"Ada (buku, red.) dari SMPN 8, tapi itu sedikit banget. Ada dari donasi. Ada beli sendiri pakai uang Matahari Kecil. Tapi dari donasi sih paling banyak," kata Yasser.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement