Rabu 02 Jan 2019 15:30 WIB

Universitas di Taiwan Bantah Eksploitasi Mahasiswa Indonesia

Hsin Wu mengklaim program pemagangan itu tidak melanggar aturan

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Mahasiswa belajar di kampus
Foto: flickr
Mahasiswa belajar di kampus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) belum dapat memastikan ada berapa universitas di Taiwan yang diduga telah mempekerjakan mahasiswa asal Indonesia secara paksa. Namun begitu, Hsin Wu Technology University, salah satu dari sekian universitas yang diduga mempekerjakan mahasiswa Indonesia membantah tudingan tersebut.

“Hsin Wu itu salah satunya. Tapi diperkirakan masih ada universitas lain dan kami masih teliti,” kata Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti Prof Ismunandar saat dihubungi Republika, Rabu (2/1).

(Baca: Ratusan Mahasiswa Indonesia Diduga Kerja Paksa di Taiwan)

Beberapa media Taiwan memberitakan bahwa Jurusan Information Management, Program Industry-Academia Collaboration Hsin Wu Technology University telah melakukan pemagangan ilegal, dan dugaan eksploitasi manusia. Namun pihak Hsin Wu Technology University, kata Ismunandar memprotes keras berita tersebut.

Dari informasi yang diterima oleh Ismunandar, Hsin Wu mengklaim program pemagangan itu tidak melanggar aturan. Karena menurut pihak Hsin Wu, pada tahun pertama kuliah, mahasiswa bekerja dalam kelompok tidak lebih dari 20 jam per minggu. Semuanya diklaim telah sesuai dengan prosedur yang diperlukan dalam pengajuan ijin kerja, asuransi kesehatan dan tenaga kerja, demikian pula kampus telah mengatur transportasi antar jemput mahasiswa.

Sementara pada tahun ke dua perkuliahan telah diatur sistem pemagangan. Pihak Hsin Wu berdalih mahasiswa Indonesia tidak pernah dieksploitasi dan sangat tidak masuk akal bagi mahasiswa untuk memasang sebanyak 30 ribu label dalam 10 jam per hari. Semua tercatat dalam absensi kehadiran dan dikuatkan dengan slip gaji yang diterima selama bekerja.

“Itu keterangan dari pihak Hsin Wu Technology University. Tapi perwakilan kami di Taiwan akan terus menelusuri dan mengecek kebenaran di lapangan seperti apa,” tegas Ismunandar.

Sebelumnya, sekitar tiga ratus mahasiswa Indonesia di Taiwan diduga terjebak dan menjadi korban kerja paksa di pabrik-pabrik setempat. Masalah itu bermula dari tawaran skema mahasiswa melalui program New Soutbound Policy, yaitu kebijakan pemerintah Taiwan untuk kerja sama dan pertukaran pelajar dengan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Mahasiswa tersebut diduga dijebak oleh oknum pelaksana dengan iming-iming akan mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan.

Dari laporan yang diterima Ismunandar, para mahasiswa yang diduga dijebak tersebut mayoritas perempuan. Mereka diduga mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dipaksa bekerja selama 10 jam dalam satu hari dengan bayaran yang murah.

Beberapa perguruan tinggi yang bekerja sama dengan agen dengan agen penyalur tenaga kerja. Perguruan tinggi tersebut mengirimkan mahasiswanya untuk menjadi tenaga kerja murah dipabrik-pabrik tersebut. Salah satu perguruan tinggi mempekerjakan mahasiswanya di sebuah pabrik contact lens, di mana mahasiswanya dipaksa berdiri selama 10 jam untuk mengemas 30 ribu contact lens setiap harinya. Sementara perkuliahan dijalani mahasiswa tersebut selama 2 hari dalam satu pekan, sisanya mereka harus bekerja di pabrik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement