Kamis 06 Dec 2018 22:30 WIB

SukaCare, Aplikasi Ciptaan Mahasiswa Difabel UIN Yogyakarta

SukaCare membantu teman sesama difabel lebih mudah mengikuti perkuliahan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Gita Amanda
Coding. Ilustrasi
Foto: Google
Coding. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hastu Wijayasri Hastu awalnya tidak mengerti apa itu coding atau pemograman kode. Saat menjadi mahasiswi jurusan Teknik Informatika di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Hastu juga awalnya mengalami kesulitan.

Hastu merupakan mahasiswi difabel yang mengalami disabilitas berbicara dan mendengar. Namun, justru hal inilah yang memotivasi teman difabel lain untuk bisa seperti dirinya.

Perempuan yang akrab disapa Hastu itu menciptakan aplikasi yang juga diperuntukkan bagi teman difabel lainnya. Aplikasinya bernama SukaCare yang dikembangkannya bersama Tesya, pemimpin tim pemula DSC (Developer Student Club) di kampusnya.

"Tadinya nggak terlalu paham coding saat mengikuti jurusan kuliah Informatika. Setelah masuk DSC di kampus ikut workshop dan lain-lain, aku jadi tahu developer itu apa, aku ingin membantu orang-orang melalui teknologi khususnya melalui Android mobile," kata Hastu yang disampaikan penerjemah.

Hastu membuat SukaCare untuk membantu teman sesama difabel lebih mudah mengikuti perkuliahan. Kesulitan dalam proses belajar masih dirasakan banyak difabel karena kekurangan mentor dan juga cara mementoring yang berbeda daripada orang  nondifabel.

"Aku menjadi perempuan tuli pertama yang mengembangkan coding dan membuat aplikasi ini," ujarnya.

Selain mengembangkan aplikasi yang diberi nama "SukaCare" bersama mentornya, Tesya untuk membantu para penyandang difabel, Hastu juga bercerita merasakan kebermanfaatan dari kelas Google Developer. Sejak 2017, melalui kelas ini telah mengasah ia belajar berbahasa inggris, mempelajari perkembangan teknologi terbaru hingga berkesempatan mengunjungi Kalifornia untuk mengikuti kursus singkat.

Hastu yang berkelahiran di Yogyakarta ini memang sudah awam dengan komputer sejak kelas 4 SD. Di samping kesulitannya dalam mendengar dan berbicara, bagi Hastu pendengaran dan berbicara bukanlah suatu halangan.

Pada 2018, Google telah melatih lebih dari 110 ribu developer di Indonesia tentang pemrograman Android dan Web. Angka itu juga melampaui target awal 100 ribu bahkan selesai lebih cepat dari yang diperkirakan. Kini saatnya Google meluncurkan program belajar Machine Learning dan bertujuan kembali membuat dampak untuk hidup orang banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement