Rabu 21 Nov 2018 16:31 WIB

UII Kembali Adakan Festival Pendidikan Agama Islam

UII mengingatkan pentingnya transformasi pengajaran pendidikan Islam.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Lomba kaligrafi yang menjadi satu dari empat kompetisi di Festival  Pendidikan Agama Islam Tingkat Nasional yang digelar Prodi Agama Islam  (PAI) Universitas Islam Indonesia (UII) di Gedung Kuliah Umum Dr Sardjito  UII, Sabtu (17/11).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Lomba kaligrafi yang menjadi satu dari empat kompetisi di Festival Pendidikan Agama Islam Tingkat Nasional yang digelar Prodi Agama Islam (PAI) Universitas Islam Indonesia (UII) di Gedung Kuliah Umum Dr Sardjito UII, Sabtu (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Indonesia (UII) baru saja menggelar Festival Pendidikan Agama Tingkat Nasional. Melalui itu, UII mengingatkan pentingnya transformasi pengajaran pendidikan Islam. 

Festival Pendidikan Islam kali ini mengangkat tema Profetik Transformatif: Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Rahmatan lil Alamin. Kegiatan kembali digelar demi menginisiasi lahirnya Muslim yang berakhlakul karimah. 

Kegiatan diselenggarakan dengan empat cabang lomba mulai Olimpiade Pendidikan Agama Islam, Artikel Ilmiah, Kaligrafi dan Microteaching. Sebanyak 184 siswa dan siswi dari berbagai daerah di Indonesia ambil bagian. 

Dosen PAI UII dan Ketua Panitia Festival Pendidikan Agama Islam, Lukman mengatakan, Muslim berakhlakul karimah sendiri mampu memiliki perilaku yang berpedomankan hati nurani dan penampilan tanpa kepalsuan. Selain itu, Muslim berakhlakul karimah harus pula peduli dengan tegaknya etika sosial, menjadi sosok spiritual yang toleransi dan kedamaian hidup, serta mampu bersikap responsif terhadap segala persoalan yang dihadapi bangsanya. 

"Muslim yang berakhlak seperti itu dimulai dengan pemahaman yang benar terhadap Alquran," kata Lukman, Sabtu (17/11). 

Menurut Lukman, nilai-nilai itu yang membuat seorang Muslim menjadi profetis transformatif. Karenanya, sebagai Muslim yang kaffah selayaknya berusaha mengaktualisasikan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengingatkan, teladan tertinggi umat Islam tentu saja Nabi Muhammad SAW. 

Hal itu dikarenakan Rasulullah memiliki ahlak dalam kehidupan sebagaimana nilai-nilai yang dalam Alquran. Sehingga, lanjut Lukman, beliau dipuji oleh Allah SWT langsung sebagai pribadi yang agung. 

Rasulullah, kemudian diutus Allah SWT mentransformasikan ahlak yang agung itu menjadi kepemimpinan kanabian yang merahmati seluruh alam semesta. Melalui ini, ia berharap tertampung saran-saran yang bisa meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam pada masa mendatang. Terlebih, tantangan yang ada sudah pasti terus berkembang baik internal maupun eksternal. Lukman mengambil contoh, jika seseorang mendapat nilai PAI 9, seharusnya ahlak yang dimiliki juga sangat baik. 

Sayangnya, penelitian menunjukkan nilai agama tidak berhubungan signifikan dengan perilaku beragamanya. "Itu tantangan yang sangat berat, itu yang kita ingin rumuskan melalui saran-saran, bagaimana menciptakan model strategi pembelajaran baru, salah satu yang digagas pembelajaran iqro bismirobbik," ujar Lukman. 

Model itu sendiri menekankan bagaimana agar siswa-siswa saat belajar hatinya mendengungkan nama Allah SWT. Ia berharap, pengembangan itu bisa selesai dan dapat diterapkan tahun depan. Bagi Lukman, pembelajaran sendiri minimal meliputi pendekatan, model, strategi, dan sistem penilaian. Sayangnya, selama ini, ia merasa pembelajaran pendidikan agama Islam kurang pas. Mulai model-model pembelajaran yang membosankan atau tidak diperbarui, sampai ruh-ruh para pengajar yang belum lebih dari pelajaran lain. 

Menurut Lukman, substansi guru-guru pendidikan agama Islam harus lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu, ia merasa Festival Pendidikan Agama Islam memang harus semakin sering diadakan. Tujuannya, agar ada pertukaran pengalaman dan ide-ide transformatif dalam pengajaran pendidikan agama Islam. Kepala Prodi PAI UII, Mohammad Mizan menambahkan, kegiatan diisi pula dengan sarasehan yang diisi CEO Stechow Robotika Indoneisa, Malik Khidir. Ia berharap, Festival Pendidikan Agama Islam dapat digelar rutin tiap dua tahun. 

"Prodi PAI UII berkomitmen berikhtiar meningkatkan kualitas PAI di Indonesia melalui gelaran ini, mudah-mudahan Allah SWT meridhoi," kata Mizan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement