Rabu 21 Nov 2018 08:11 WIB

Hadiah 500 Gulden Sri Sultan untuk Keluarga Hatta

Di masa kependudukan Jepang, keluarga Mohammad Hatta ditimpa kesulitan ekonomi.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Karta Raharja Ucu
Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.
Foto: IST
Mohammad Hatta dan Rahmi menikah di Megamendung, Bogor, pada 18 November 1945.

REPUBLIKA.CO.ID, Keluarga Mohammad Hatta tentu tak akan melupakan hari itu. Ketika seseorang membawa ratusan uang gulden untuk Rahmi Rachim, istri Mohammad Hatta yang dalam kondisi sulit selepas dibebaskan dari tahanan tentara Belanda pada penghujung Desember 1948.

Terlebih saat itu, Hatta baru beberapa hari diberangkatkan Belanda ke Bangka pada 22 Desember 1948. Hatta menjalani pengasingan di Bangka bersama sejumlah tokoh pendiri bangsa lainnya termasuk Soekarno. 

Dalam buku Takhta Untuk Rakyat, Rahmi menceritakan betapa sulitnya kondisinya kala itu. Kondisi setelah Agresi Militer Belanda II yang membuat Yogyakarta sebagai Ibu Kota negara kala itu jatuh pada Belanda. Setelah keluar dari tahanan, Rahmi dan keluarganya ditempatkan Belanda di sebuah Rumah di Sagan, Yogyakarta.

“Tentara Belanda menyediakan sebuah rumah di Sagan untuk tempat tinggal saya dan keluarga, yaitu anak saya Meutia yang baru berumur satu tahun, ibu dan bapak saya. Keluar dari tahanan, saya tidak mempunyai apa-apa, kecuali sedikit pakaian dan uang pun tidak seberapa. Karena itu, saya sudah menggambarkan akan menghadapi kesulitan hidup selama Yogyakarta diduduki tentara Belanda,” kenang Rahmi.

Setelah tiga pekan tinggal di rumah itu, di siang hari, Rahmi kedatangan seorang tamu. Adalah sekretaris Wakil Presiden yakni Wangsa Widjaja. Dari tas yang dibawanya, Wangsa mengeluarkan bungkusan berisi uang sebanyak 500 gulden. Kepada Rahmi, Wangsa menjelaskan uang tersebut pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

“Setengah tidak percaya, saya menerima dan membuka bungkusan itu dan ternyata isinya uang perak Belanda mulai dari satu rupiah (perak) sapai seringgit (dua setengah rupiah Belanda). Dengan perasaan haru saya termenung sejenak dan saya hanya dapat mengatakan kepada Saudara Wangsa Widjaja, ‘sampaikanlah ucapan terima kasih saya kepada Sri Sultan,” kata Rahmi.

Uang pemberian Sri Sultan itu sangat membantu keadaan perekonomian keluaganya. Terlebih baru beberapa pekan ia dibebaskan dari tahanan. Namun, menurut keterangan Wangsa kepada Rahmi, Sri Sutan tak hanya memberikan uang kepadanya. Sri Sultan juga memberikan uang kepada istri Soekarno yakni Fatmawati, serta pegawai Pemerintahan Republik Indonesia yang baru berdiri.

Memang Sri Sultan menjadi penopang ekonomi Pemerintah RI ketika baru memprolamirkan kemerdekaannya. G. Budi Subanar dalam tulisannya tentang Sultan Hamengku Buwono IX-Cermin Tradisi Jawa yang Mengalami Perubahan dalam buku Sesudah Filsafat, menjelaskan setelah proklamasi Kemerdekaan RI Sri Sultan Hamengku Buwono IX mengeluarkan sejumlah kekayaan yang dimilikinya untuk menopang kelangsungan hidup Pemerintah RI. Hal ini ditempuh dengan memberikan gaji kepada para pejabat negara.

Rh. Kusnan yang menjabat sebagai Menteri Perburuhan dan Sosial dalam Kabinet Hatta yang baru terbentuk kala itu, juga pernah memperoleh tugas dari Sri Sultan untuk memberikan bantuan uang kepada pejabat-pejabat negara dan pegawai pemerintah pusat. Pembagian uang tersebut dilakukan setiap bulan hingga Yogyakarta kembali ke tangan RI.

Sementara berkat pemberian dari Sri Sultan itu, Rahmi dan keluarganya terlepas dari kondisi sulit pasca keluar dari tahanan Belanda. Namun, uang pemberian Sri Sultan itu tak digunakan semuanya. Sebagian uang pemberian Sri Sultan disimpannya sebagai kenang-kenangan.

“Dengan uang pemberian Sri Sultan saya terlepas dari kesukaran hidup selama pendudukan tentara Belanda. Sampai sekarang saya masih menyimpan beberapa gulden dari uang pemberian itu sebagai kenang-kenangan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement