Ahad 18 Nov 2018 14:58 WIB

Kegigihan KH Ahmad Dahlan Mendidik Meski Cuma 20-an Muridnya

Hingga saat ini Muhammadiyah memiliki ratusan perguruan tinggi dan ribuan sekolah.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Sudah 106 tahun berkiprah, Muhammadiyah banyak memberi kontribusi bagi bangsa Indonesia. Terutama di bidang pendidikan. Pendiri Muhammadiyah yakni KH Ahmad Dahlan bahkan menjadi pelopor terbentuknya madrasah yang mengajarkan pelajaran ilmu agama Islam dan ilmu umum kepada masyarakat. 

Dalam berbagai pertemuan yang diikutinya, Di Budi Utomo misalnya, Kiai  Dahlan selalu menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam. Perlahan-lahan, dakwah tokoh kelahiran Yogyakarta, 1 Agustus 1868 itu direspons positif masyarakat. Terutama di kalangan guru dan pegawai pemerintah. 

Kepiawaian Kiai Dahlan memberikan pemahaman Islam membuat guru-guru dan pegawai pemerintah menjadi semakin tertarik mendalami agama ini. Hingga sering terjadi diskusi-diskusi menarik yang dilakukan para guru, pegawai pemerintahan dengan Kiai Dahlan tentang Islam. 

Di antaranya yang sering berdiskusi dengan Kiai Dahlan yakni Budiharjo dan Sosrosugondo. Mereka merupakan anggota Budi Utomo sekaligus guru di Kweekscool (sekolah milik pemerintah Belanda). 

Ketertarikan Budiharjo dan Sosrosugondo mengantarkan Kiai Dahlan sebagai guru di Kweekschool. Kiai Dahlan diminta  mengajar agama Islam. Sebagai guru mata pelajaran ilmu Islam, Kiai Dahlan diminta mengajar di luar jam pelajaran resmi, biasanya dilakukan setiap Sabtu sore. 

Namun, sejumlah siswa merasa waktu belajar bersama putra putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga KH Abu Bakar itu sangat kurang. Pada akhirnya, siswa Kweekschool, termasuk yang non-Muslim, mendatangi kediamannya di Kauman, Yogyakarta untuk berdiskusi tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan  Islam. Upaya berdakwah melalui jalur pendidikan pun berlanjut dengan menggagas pembentukan sekolah yang memadukan pelajaran ilmu agama Islam dan ilmu umum.

“Dalam berbagai kesempatan Ahmad Dahlan menyampaikan ide pendirian sekolah yang mengacu pada metode pengajaran seperti yang berlaku pada sekolah milik pemerintah ke berbagai pihak, termasuk kepada santri yang belajar di Kauman maupun penduduk Kauman secara umum,” dalam 1 Abad Muhammadiyah yang ditulis oleh Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah. 

Kendati demikian banyak masyarkat menolak ide tersebut. Gagasan Ahmad Dahlan menyatukan pelajaran agama Islam dengan ilmu umum dianggap bertentangan dengan tradisi dan agama Islam. 

Kendati demikian, hal itu tak menghentikan kiai Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah tempat pendidikan yang mengajarkan ilmu agama Islam dan ilmu umum. 

Sekolah tersebut dimulai dengan delapan orang sisiwa. Tempat mengajar mengambil tempat di ruang tamu rumah Ahmad Dahlan sendiri. Ukuran ruangannya hanya 2,5 meter x 6 meter. Untuk keperluan belajar, Ahmad Dahlan pun menyiapkannya sendiri. Mulai dari meja, kursi, hingga papan tulis. 

Namun terkadang, Ahmad Dahlan malah mendatangi rumah-rumah muridnya yang tak berangkat sekolah. Terlebih penolakan masyarakat akan metode mengajar Ahmad Dahlan masih terjadi. Perlahan tapi pasti, setelah enam bulan siswanya pun bertambah menjadi 20 orang. 

Upaya Ahmad Dahlan mendirikan sekolah yang memadukan pelajaran agama Islam dan ilmu umum pun mendapat dukungan dari Budi Utomo dan kelompok terpelajar yang berasal dari luar Kuman.

Sebagai realisasinya, Budi Utomo menempatkan Kholil yang juga berprofesi sebagai guru di Gading, untuk mengajar ilmu pengetahuan umum di sekolah yang didirikan Ahmad Dahlan. 

Setelah itu, sistem belajar mengajar pun dibagi dua waktu. Pada pagi hari, siswa belajar ilmu agama Islam dari Ahmad Dahlan dan pada sore harinya belajar ilmu umum dari Kholil. 

Ahmad Dahlan kemudian memindahkan tempat belajar ke serambi rumahnya lantaran semakin banyak siswa yang belajar. Pada akhirnya, sekolah itu pun diresmikan pada 1 Desember 1911 dengan nama Madrasah Diniyah Islamiyah. Ketika diresmikan sekolah itu mempunyai 29 siswa. 

Saat ini, Muhammadiyah melalui amal usahanya telah memiliki ratusan perguruan tinggi dan Universitas, ribuan sekolah dari tingkat PAUD hingga SMA sederajat. Bahkan melalui Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) juga berkembang ke bidang kesehatan, ekonomi, dan lainnya. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement