Senin 18 Jun 2018 16:41 WIB

Invasi Ekonomi Cina di Piala Dunia Rusia

Suporter Cina menjadi kedelapan terbanyak yang memborong tiket Piala Dunia.

Rep: Bambang Noroyono / Red: Andri Saubani
 Semarak penonton menyaksikan pertandingan perdana pada Grup A Piala Dunia 2018, tuan rumah Rusia melawan Arab Saudi di Stadion Luzhniki, Moskow, Kamis (14/6).
Foto: AP/Felipe Dana
Semarak penonton menyaksikan pertandingan perdana pada Grup A Piala Dunia 2018, tuan rumah Rusia melawan Arab Saudi di Stadion Luzhniki, Moskow, Kamis (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, Faktanya, Cina gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2018. Tetapi negeri Tirai Bambu itu berhasil menginvansi Rusia sebagai negara Asia paling masif mewarnai gelaran pesta sepak bola terbesar di dunia tersebut.

Laman FIFA mencatat, Cina berhasil menguasai 40.251 lembar tiket nonton langsung. “Kedelapan terbanyak dari sepuluh negara pemborong tiket Piala Dunia terbanyak,” begitu data yang dikutip dari laman resmi federasi dunia tersebut.

Sembilan negara pemborong tiket lainnya, tak ada yang dari Asia. Padahal, ada Arab Saudi dan Korea Selatan juga Australia, tiga negara perwakilan zona Asia (AFC).

Kantor berita resmi di Beijing, Xinhua, Senin (18/6) mencatat, total penguasaan tiket tersebut, artinya tak kurang dari 100 ribu rakyat Cina yang berada di Rusia selama gelaran Piala Dunia.

Angka tersebut melonjak lebih dari seratus persen saat Piala Dunia 2002 digelar kongsi antara Korsel dan Jepang. Ketika itu, Cina berhasil menembus ke putaran final. Tetapi cuma menghadirkan tak lebih dari 50 ribu suporter. Jumlah yang lebih kecil saat Piala Dunia 2010 dan 2014 yang angkanya tak sampai 10 ribu.

Masih menurut Xinhua, ratusan ribu rakyat Cina di Piala Dunia Rusia tahun ini kebanyakan memang suporter. Tetapi, dengan ragam latar belakang negara yang didukung.

Seorang warga Cina bernama Tang Bing mengungkapkan, dirinya memastikan bakal pulang pergi ke Moskow demi Piala Dunia. “Saya tak bisa menonton semua pertandingan,” ujar Tang Bing.

Namun, dia merencanakan akan terbang ke negeri Beruang Merah itu setiap akhir pekan selama Piala Dunia. “Saya juga tak mau ketinggalan untuk menonton negara favorit saya,” sambung dia.

Tang Bing di Piala Dunia tahun ini menjagokan dua negara. Spanyol atau Jerman menjadi favoritnya sebagai juara, meskipun dua kesebelasan negara itu mengawali penyisihan grup dengan tak mulus. Tim Matador ditahan imbang 3-3 Portugal. Der Panzer digilas 0-1 oleh Meksiko.

Menurut Tang Bing, demi memuaskan diri bisa menonton langsung Piala Dunia di Rusia, dia menyusun dana tak kurang delapan ribu dolar AS. Jumlah setara dengan Rp 111,4 juta. “Saya pikir itu (biaya selama di Rusia) nilai yang sepadan untuk saya dapatkan,” ujar dia.

Tang Bing warga Chengdu. Satu wilayah bagian barat daya Cina. Masyarakat wilayah itu, tercatat menjadi penonton terbanyak ketiga yang berasal dari Cina. Terbanyak dari Shanghai dan Beijing. Kebanyakan mereka memilih kota Moskow dan Saint Pettersburg sebagai destinasi yang dituju selama Piala Dunia.

Di Beijing dan Shanghai, lonjakan pemesanan tiket terbang menuju Rusia meningkat 35 persen selama Piala Dunia. Portal pariwisata di negeri itu, Ctrip mengatakan bakal ada tak kurang dari 180 ribu warga Cina yang akan menginvasi Rusia selama Piala Dunia. 

Ratusan ribu warga Cina di Piala Dunia tersebut belum menghitung jumlah pemegang paspor negeri Panda di Rusia untuk urusan bisnis. Sebab, menengok catatan FIFA, merk dagang Cina terbilang mendominasi sebagai sponsor Piala Dunia 2018.

Ada empat merk dagang terkenal asal Cina yang menguasai Piala Dunia Rusia. Yaitu, Wanda sebagai konsorsium properti, dan Hisense raksasa elektronik di Asia Pasifik.

Dua lagi ada Vivo sebagai merk dagang ponsel pintar yang menjadi salah satu sponsor utama Piala Dunia. Terakhir Mengniu, produsen susu terbesar di Cina. Merk-merk dagang tersebut, tentu mengirimkan ratusan delegasinya untuk lebih membuat produknya masif di Rusia.

Presiden Grup Hisense Liu Hongxin mengatakan, Piala Dunia FIFA tentu saja pasar efektif memperkenalkan produknya. Bukan cuma menjadikan Rusia sebagai target pasar. Namun, sekaligus memperkenalkan merk dagangnya ke penjuru dunia.

“Kami sangat percaya kompetisi ini akan meningkatkan nilai ekonomi grup kami di level internasional,” kata Hongxin.

Bukan cuma produk sekunder dan tersier Cina yang menginvansi Rusia selama Piala Dunia. Sektor primer dari Cina, seperti bahan makanan, pun mendominasi Rusia selama Piala Dunia. Dikabarkan berton-ton makanan laut seperti udang karang terkenal dari Sungai Yangtze, di Wuhan, wilayah sebelah tenggara Cina diangkut dengan kereta ke Moskow.

“Rasanya satu-satunya warna Cina yang absen di Piala Dunia tahun ini, hanya timnasnya saja,” begitu tulis Xinhua.

Paling menarik juga menengok dampak Piala Dunia tahun ini di dalam negeri Cina sendiri. Masih menurut Xinhua, kejutan ekonomi pada pekan pertama Piala Dunia membuat lonjakan konsumsi yang tinggi. Meski kebanyak warga Cina lebih memilih menonton lewat televisi, kondisi itu memicu warga menimbun bahan panganan kecil.

Perusahaan ritel Tmall di Cina mencatat, sudah menjual 1,7 juta bungkus kwaci. Panganan ringan dari biji bunga matahari tersebut camilan rutin warga Cina saat menonton sepak bola.

Paling dahsyat adalah angka penjualan minuman keras. Tmall mencatat 18 juta botol minuman beralkohol rendah (bir) habis terjual untuk memenuhi kebutuhan warga Cina di pekan pertama Piala Dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement