Ahad 10 Jun 2018 06:55 WIB

Jejak Indonesia di Piala Dunia

Hindia-Belanda, nama Indonesia kala itu, menjadi satu-satunya wakil Asia pada 1938.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Israr Itah
Tim Nasional Hindia Belanda dalam Piala Dunia 1938.
Foto: FIFA
Tim Nasional Hindia Belanda dalam Piala Dunia 1938.

REPUBLIKA.CO.ID, Indonesia pernah lolos ke Piala Dunia. Tapi, catatan sejarah itu terjadi 80 yahun lalu, saat negara kita belum merdeka dan masih dijajah oleh Belanda. Hindia-Belanda, nama Indonesia kala itu, menjadi satu-satunya wakil Asia pada Piala Dunia 1938.

Pada 1938 mulai terjadi beberapa perang di beberapa negara yang menjadi cikal bakal Perang Dunia II. Baik di Eropa maupun Asia ada berbagai peristiwa yang membuat sejumlah negara tidak bisa ikut dalam Piala Dunia 1938.

Dilansir dari Sejarah Piala Dunia yang dipublikasi oleh FIFA tahun 2007, saat itu beberapa negara di Eropa mengalami pergolakan. Austria yang sebelumnya menjadi salah satu tim terkuat di dunia hilang karena dijajah oleh Jerman.

Sementara di Asia, hampir tidak ada negara yang memiliki tim sepak bola selain Indonesia yang masih bernama Hindia-Belanda dan Jepang. Maka di Asia hanya memiliki dua perwakilan tapi karena saat yang bersamaan Jepang sedang berperang dengan Cina, mereka mengundurkan diri.

Hindia-Belanda yang akhirnya menjadi satu-satunya wakil dari Asia saat itu. Hindia-Belanda juga tercatat menjadi tim Asia pertama yang berlaga di Piala Dunia. Berbeda dari beberapa negara Asia lainnya pada tahun 1919 Hindia-Belanda sudah memiliki organisasi yang menangungi klub-klub sepak bola yang bernama NIVB. (Nederlandsch-Indische Voetbal Bond).

NIVB mengganti nama mereka menjadi NIVU (Nederlandsch-Indische Voetbal Unie) pada tahun 1935. Tapi pada 1930, Soeratin Sosrosoegondo, seorang insiyur lulusan Jerman yang lama di Eropa, mendirikan organisasi sepak bola untuk pribumi yang bernama PSSI (Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia).

NIVU dan PSSI pun membuat kesepakatan untuk memutuskan siapa yang akan mewakili Hindia-Belanda di Piala Dunia 1938. RSSSF (Rec.Sport.Soccer Statistics Foundation) mencatat berkat adanya penandatanganan Gentlement Agreement yang dilakukan pada 15 Januari 1937 tersebut, PSSI dan NIVU pun menjadi organisasi sepak bola utama di Hindia Belanda.

Dalam buku Politik dan Sepak Bola di Jawa 1920-1942 karya Srie Agustina Palupi menjelang Piala Dunia, NIVU melanggar kesepatan yang mereka buat bersama PSSI. Secara sepihak NIVU memberangkatkan tim yang mereka bentuk sendiri dan tidak mengikutsertakan pemain-pemain pribumi.

Ini membuat PSSI geram sehingga membatalkan perjanjian dengan NIVU. Tim asuhan Johannes Christoffel Jan Mastenbroek pun berangkat ke Perancis tanpa pemain PSSI. Jan Mastenbroek ternyata mengikutsertakan beberapa pemain pribumi. Ia bahkan memilih Achmad Nawir, seorang dokter yang juga pemain sepak bola di HBS Soerabaja sebagai kapten.

Anwar Sutan, Hans Taihitu, Suvarte Soedarmadji, dan Hong Djien Tan menjadi pemain-pemain pribumi yang juga diikutsertakan oleh Jan Mastenbroek. Piala Dunia 1938 hanya diikuti 18 peserta dan menggunakan sistem gugur. Hindia-Belanda harus berhadapan dengan tim tangguh Hungaria.

Laga digelar di Stadion Velodrome, Municipale, Reims, pada 5 Juni 1938 pukul 05.00 waktu setempat. Dikutip dari BBC, pertandingan ini dipimpin wasit asal Prancis, Roger Conrie, serta dua orang hakim garis Carl Weingartner (Jerman) dan Charles Adolphe Delasalle (Prancis).

Disaksikan sekitar 9,000 orang penonton (menurut catatan resmi FIFA), tim Hungaria menggunakan kostim serba putih, sementara lawannya menggunakan kaos oranye, celana pendek putih dan kaus kaki biru muda. Sebelum laga, pemain Hindia Belanda menyanyikan lagu kebangsaan Belanda, yaitu "Het Wilhelmus".

Hindia-Belanda kalah telak dengan skor 0-6. Penyerang Hungaria Vilmos Kohut dan Gza Toldi masing-masing mencetak satu gol. Sementara Gyrgy Srosi dan Gyula Zsengellr mencetak dua gol dalam pertandingan tersebut. Hungaria akhirnya melaju ke final sebelum dikalahkan Italia.

Namun menurut laporan wartawan olahraga Belanda, CJ Goorhoff, di geschiedenis24.nl, Indonesia tertekan pada babak pertama, namun mampu meladeni Hungaria dengan permainan terbuka pada paruh kedua. Menurut laporan Goorhoof, Sarosi juga mengakui bahwa sebagian pemain Hindia Belanda tampil menyulitkan mereka.

"Mereka menarik perhatian dan simpati penonton, karena pemain Hindia Belanda begitu sopan, seperti memberi hormat kepada penonton," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement