Kamis 31 May 2018 00:25 WIB

Rusia Hadapi Masalah Rasialis Jelang Piala Dunia 2018

Ada 19 insiden nyayian rasis pada musim ini.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Muhammad Hafil
Suporter yang melakukan ulah rasialisme memberi salut Nazi dalam sebuah pertandingan (ilustrasi).
Foto: shepherds-bush.blogspot.com
Suporter yang melakukan ulah rasialisme memberi salut Nazi dalam sebuah pertandingan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW --Jelang gelaran Piala Dunia 2018, Rusia menghadapi banyaknya nyanyian rasialis dan anti-gay, walaupun insiden diskriminasi secara keseluruhan menurun. Berdasarkan laporan tahunan the anti-discrimination Fare Network and the Moscow-based Sova Centre yang dirilis Rabu (30/5), tercatat, ada 19 insiden nyanyian rasis musim ini,

Padahal, musim sebelumnya hanya terjadi dua kasus nyanyian rasialis dan anti-gay. Korban nyanyian itu termasuk salah satu pemain dari tim nasional Prancis dengan nyanyian monyet, saat pertandingan persahabatan pada Maret lalu.

Selain itu ada juga pemain muda Liverpool Bobby Adekanye yang menjadi korban nyanyian rasials oleh pendukung Spartak Moskow. Kiper tim nasional Rusia Guilherme Marinato, seorang warga negara yang dinaturalisasi yang lahir di Brasil itu dua kali ditarget oleh penggemar Spartak yang memanggilnya seekor monyet.

Dalam kasus lain, seorang gubernur regional mengatakan kepada media setempat, klub yang administrasinya di kota Vladivostok tidak akan menandatangani pemain kulit hitam. Bulan lalu, bek Nigeria Bryan Idowu, yang lahir dan dibesarkan di Rusia mengatakan, beberapa penggemar di negara itu memandang pelecehan rasialis sebagai taktik untuk mengalihkan perhatian pemain lawan, bukan sebagai pernyataan ideologi.

''Saya pikir kebanyakan dari mereka melakukan itu untuk memberi tekanan pada pemain secara psikologis, mungkin jadi dia tidak ingin terus bermain. Itu hanya karena seseorang menganggapnya lucu,'' ucap Bryan seperti dikutip dari Independent, Rabu (30/5).

Secara keseluruhan, kasus diskriminasi di sepak bola Rusia berada di angka 80, terendah sejak musim 2013-14. Direktur eksekutif Fare, Piara Powar mengungkapkan, ada juga pergeseran yang semakin besar oleh kelompok penggemar sayap kanan untuk nyanyian rasialis, karena tampilan visual seperti spanduk lebih mudah dilacak oleh kamera pengintai di stadion.

Beberapa klub mereka telah memiliki prosedur untuk menangani hal-hal yang sangat jelas untuk menurunkan spanduk. Terjadi penurunan jumlah spanduk diskriminatif dan tampilan visual lainnya, turun dari 75 menjadi 52.

''Itu membuat orang mampu atau bebas untuk melantunkan sesuatu dan itu hal yang jauh lebih sulit bagi polisi,'' kata Powar.

Simbol ekstrimis dan slogan rasis banyak menghilang dari stadion dalam beberapa tahun terakhir, karena sering diganti dengan pesan berkode menggunakan rune Viking dan simbol lainnya dengan signifikansi di sayap kanan Rusia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement