Rabu 27 Jun 2018 10:17 WIB

Rekor Penalti 38 Tahun yang Pecah di Rusia

Rekor sebelumnya hanya berjumlah 18 hukuman penalti.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Israr Itah
Gelandang Nigeria, Victor Moses, saat mengeksekusi penalti melawan Argentina.
Foto: AP Photo/Petr David Josek
Gelandang Nigeria, Victor Moses, saat mengeksekusi penalti melawan Argentina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu lagi rekor yang terpecahkan pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Jumlah hukuman penalti selama pagelaran akbar sepak bola dunia hingga pascapertandingan Argentina vs Nigeria pada Rabu (27/6) dini hari tadi sudah mencapai 22 hukuman. Rekor sebelumnya hanya berjumlah 18 hukuman penalti, mulai dari pertandingan pertama hingga laga final usai.

Rekor penalti ini sebenarnya sudah terpecahkan saat pertandingan Portugal kontra Iran, Selasa (26/6). Wasit asal Paraguay, Enrique Caceres, memberikan tiap-tiap tim satu kali tendangan penalti. Keduanya diberikan setelah melalui pengamatan video assistant referee (VAR), teknologi yang baru pada Piala Dunia kali ini diterapkan oleh FIFA.

Penalti bagi kedua tim tersebut menjadi torehan ke-19 dan ke-20 pada Piala Dunia 2018. Ini melewati rekor yang dipegang oleh tiga pelaksanaan piala dunia sebelumnya, yakni pada Piala Dunia 1990 di Italia, 1998 di Prancis, dan 2002 di Jepang dan Korea Selatan.

Hal yang menarik untuk disoroti, rekor tersebut terpecahkan hanya dalam 36 pertandingan. Terbukti penalti kembali hadir hingga laga ke-40. Masih ada 24 pertandingan lagi hingga mencapai partai final. 

Penggunaan VAR yang berujung pemberian hadiah penalti bukan terjadi pada pertandingan Portugal melawan Iran saja. Dari 22 penalti, tujuh di antaranya diawali dari peninjauan wasit melalui VAR tersebut. Sejarah baru ini bermula pada pertandingan Prancis melawan Australia, saat Antoine Griezmann dijatuhkan di kotak penalti Australia.

Pada Maret 2018 lalu, Presiden FIFA Gianni Infantino mengumumkan penggunaan VAR pada Piala Dunia 2018. Ia menyebutkan, penggunaan VAR telah disetujui oleh Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) setelah adanya pertemuan di Bogota, India. IFAB merupakan badan penghasil sejumlah aturan yang diterapkan FIFA terkait pertandingan.

Sistem VAR mengizinkan wasit atau asisten yang memonitor melalui video untuk mempertimbangkan keputusan yang akan dibuat. Infantino yakin, sistem VAR akan mengurangi kesalahan wasit dalam membuat keputusan. Ia juga percaya VAR akan membuat sepak bola lebih adil dan transparan.

Setelah 36 pertandingan dengan sistem VAR dijalankan, tak sedikit komentar mengenai teknologi teranyar ini yang berdatangan. Komentar berisi protes terbaru datang dari mulut pelatih Iran berdarah Portugis, Carlos Queiroz. Ia menyoroti penggunaan VAR atas pelanggaran Ronaldo terhadap Morteza Pouraliganji yang berujung hanya pemberian kartu kuning kepada sang kapten Portugal tersebut. 

"Anda menghentikan pertandingan untuk VAR. Ada sikutan, dan sikutan adalah kartu merah berdasarkan aturan. Dalam aturan tak disebutkan (penyerang Argentina Lionel) Messi atau Ronaldo," kata Queiroz, dikutip BBC sehabis laga.

Queiroz mengatakan, pelatih ingin tahu apa yang terjadi melalui VAR, termasuk ia. Sayangnya, mereka tidak bisa ikut menyaksikan VAR. "Mereka tidak memperbolehkan kami untuk melihat. Menurut pendapat saya, Tuan Infantino dan FIFA, semua orang harus setuju bahwa VAR tidak berjalan dengan baik, itulah kenyataannya. Ada banyak keluhan," ungkapnya.


Lihat infografis fakta kemenangan penting Argentina atas Nigeria:

photo
Fakta kemenangan penting Argentina vs Nigeria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement