Selasa 26 Jun 2018 08:08 WIB

Pelatih Iran Geram Penggunaan VAR tak Maksimal

Ia menyoroti penggunaan VAR atas pelanggaran Cristiano Ronaldo terhadap Morteza.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Israr Itah
Pelatih Iran Carlos Queiroz (kiri) mengajukan keluhan kepada wasit Enrique Caceres dalam laga melawan Portugal.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Pelatih Iran Carlos Queiroz (kiri) mengajukan keluhan kepada wasit Enrique Caceres dalam laga melawan Portugal.

REPUBLIKA.CO.ID, SARANSK -- Pelatih tim nasional Iran Carlos Queiroz tak dapat menahan kegeramannya atas penggunaan video assistant referee (VAR) yang tidak maksimal setelah timnya tersingkir dari Piala Dunia 2018. Iran yang butuh menang untuk lolos hanya bermain imbang 1-1 melawan Portugal pada Selasa (26/6) dini hari WIB.

Ia menyoroti penggunaan VAR atas pelanggaran Cristiano Ronaldo terhadap Morteza Pouraliganji yang berujung hanya pemberian kartu kuning kepada sang kapten Portugal.

"Anda menghentikan pertandingan untuk VAR. Ada sikutan, dan sikutan adalah kartu merah berdasarkan aturan. Dalam aturan tak disebutkan (penyerang Argentina Lionel) Messi atau Ronaldo," kata Queiroz, dikutip BBC sehabis laga.

Pada pertandingan terakhir Grup B tersebut, Iran menahan imbang Portugal dengan skor 1-1. Setidaknya ada tiga kali penggunaan VAR dalam pertandingan ini. Pertama, saat Ronaldo dijatuhkan di dalam kotak penalti dan gagal mengeksekusinya. Kedua, saat pelanggaran Ronaldo terhadap Pouraliganji. Ketiga, saat wasit memberikan penalti untuk Iran atas pelanggaran handball oleh Cedric Soares. Namun, interpretasi sang pengadil asal Uruguay, Enrique Caceres, di lapangan tak memuaskan Queiroz, meskipun sudah menyaksikan VAR.

Queiroz mengatakan, pelatih ingin tahu apa yang terjadi, termasuk ia. Sayangnya, mereka tidak bisa ikut menyaksikan VAR. "Mereka tidak memperbolehkan kami untuk melihat. Menurut pendapat saya, Tuan Infantino dan FIFA, semua orang harus setuju bahwa VAR tidak berjalan dengan baik, itulah kenyataannya. Ada banyak keluhan," ungkapnya.

Ia mempertanyakan pengambil keputusan di dalam permainan. Menurut dia, pelatih berhak untuk mengetahui hal tersebut karena VAR sudah diterapkan dalam pertandingan. Berbeda dengan sebelumnya ketika masih bisa terjadi faktor kesalahan manusia dalam pengambilan keputusan.

"Wasit di lapangan mencuci tangan mereka, menutupi diri mereka dengan keputusan karena orang-orang di lantai atas. Orang-orang di lantai atas tidak tahu apa yang harus mereka lakukan," ujar dia.

Queiroz pun heran jika pada pertandingan yang sudah menggunakan VAR, masih saja ada yang membuat kesalahan keputusan. Ia heran, dengan teknologi yang tinggi, para wasit diberikan pelatihan, dan ada lima orang yang memantau VAR, tetapi mereka tidak melihat siku Ronaldo yang "menghajar" Pouraliganji.

"Ketika kamu memiliki teknologi tinggi, mendapatkan pelatihan, dan lima orang duduk di lantai atas, dan mereka tidak melihat siku? Sebentar, sebentar," tuturnya.

Pada kenyataannya, kata Queiroz, pengadil di lapangan menghentikan permainan untuk melihat VAR. Ia menilai, pelanggaran yang dilakukan oleh kapten Portugal tersebut seharusnya mendapatkan ganjaran kartu merah jika melihat peraturan yang ada. Tak peduli apakah dia seorang Ronaldo ataupun Lionel Messi.

"Itu merah! Pertanyaan untuk saya bukan tentang wasit, ini tentang sikap dan keberanian dan karakter. Keputusan harus jelas untuk semua orang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement