Rabu 30 Nov 2022 00:36 WIB

Fan Sepak Bola di Qatar: Tanpa Minuman Beralkohol, tak Masalah

Mayoritas fan sepak bola memahami dan mengikuti aturan Qatar soal minuman beralkohol.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
 Kaleng Budweiser dijejerkan di pendingin media center Piala Dunia di Pusat Konvensi Nasional Qatar, Ahad, 20 November 2022. Penyelenggara Piala Dunia melarang penjualan semua bir dengan alkohol di delapan stadion yang digunakan untuk sepak bola. turnamen.
Foto: AP/Ashley Landis
Kaleng Budweiser dijejerkan di pendingin media center Piala Dunia di Pusat Konvensi Nasional Qatar, Ahad, 20 November 2022. Penyelenggara Piala Dunia melarang penjualan semua bir dengan alkohol di delapan stadion yang digunakan untuk sepak bola. turnamen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Piala Dunia 2022 hampir bebas alkohol. Para penonton harus membayar harga tinggi untuk minuman bir. Beberapa dari mereka telah mencoba menyelundupkan minuman keras ke stadion. Namun, mereka akhirnya harus menerima bahwa minum bir beralkohol dilarang pada turnamen pertama di negara Islam.

Badan sepak bola dunia FIFA berbalik arah pada pertengahan November, dua hari sebelum pertandingan pertama dimulai. FIFA mengumumkan bahwa bir beralkohol tidak akan dijual di stadion-stadion di Qatar, di mana minum alkohol atau mabuk di depan umum merupakan pelanggaran di negara kaya minyak itu.

Baca Juga

Bir tersedia di zona penggemar Piala Dunia yang ditunjuk dan di beberapa hotel. Namun ada kerumitan dan biaya untuk menemukan alkohol dengan setengah liter dijual seharga 50 riyal Qatar atau sekira Rp 216 ribu di zona penggemar. Harga ini terlalu mahal untuk banyak pendukung dari negara di mana bir biasanya menjadi bagian dari rutinitas saat menonton pertandingan.

"Bagi saya, sudah menjadi tradisi minum bir, menonton pertandingan, menikmati pertandingan bersama teman-teman," kata Stefaan Pacquee, seorang dokter Belgia yang menempuh perjalanan ke Qatar dari rumahnya di Sydney, Australia, saat dia memasuki stadion sebelum pertandingan Belgia kontra Maroko, Ahad (27/11/2022).

Dia mengatakan memiliki pengalaman minum bir dan sepak bola pertamanya pada usia 16 tahun dengan ayahnya. "Jadi saya merindukannya. Dan, saya rasa Budweiser Zero (bir non-alkohol) tidak akan mengimbanginya. Tapi hei, kita di sini, cuacanya indah, suasananya luar biasa," kata Pacquee.

Penggemar Jerman Christian Kopatsch mengatakan, alkohol sering dilarang pada pertandingan di negara asalnya yang dianggap berisiko tinggi terhadap kekerasan di kalangan pendukung. Jadi, Piala Dunia kali ini bukanlah penyesuaian besar baginya.

Dia mengatakan, melihat perubahan suasana di mana, selain dari gesekan kecil antara beberapa penggemar Meksiko dan Argentina, tidak ada laporan kekerasan. Berbeda dengan masalah yang pecah di Belgia setelah kemenangan Maroko dan duel antara suporter Inggris dan Wales di Tenerife, Spanyol.

"Saya pikir ini lebih damai. Tidak ada orang mabuk di mana-mana dan orang-orang normal dan bahagia," kata Kopatsch sebelum hasil imbang 1-1 Jerman dengan Spanyol pada Ahad.

Dia bahkan belum mencoba mencari minuman. "Saya bisa melakukannya tanpa alkohol selama sepekan," katanya.

Tidak semua orang menerima aturan. Sebuah video yang dibagikan di Twitter menunjukkan staf keamanan menyita sebuah wadah minuman berbentuk teropong. Penggemar Meksiko memasukkan bir ke dalamnya saat mencoba masuk ke pertandingan negaranya melawan Argentina pada Sabtu, di mana Meksiko kalah 2-0.

Salah satu petugas keamanan terlihat membuka tutup salah satu cangkir dan mensimulasikan sedang meneguk untuk menunjukkan kepada rekannya apa yang telah dia temukan. Sementara penggemar Meksiko dengan atribut hijau, putih, dan merah sepertinya memberi isyarat bahwa isinya bukan minuman beralkohol, melainkan cuci tangan.

Namun sebagian besar suporter tampaknya memahami bahwa untuk turnamen ini, kebiasaan lama harus ditunda.

Baca juga : Sejarah di Piala Dunia, Tim Wasit Perempuan akan Pimpin Pertandingan Jerman vs Kosta Rika

Penggemar Spanyol Raimundo Oujo, seorang pengusaha dari La Coruna, mengatakan suasana di stadion sedikit berkurang dari biasanya akibat larangan minuman keras.

"Fakta bahwa kami selalu merayakannya dengan minuman sebelum atau sesudah laga. Jadi, saya pikir itu bisa membuat perbedaan tapi itu bukan faktor kritis," katanya.

"Mari kita rayakan dengan cara lain, atau kamu juga bisa merayakannya saat pulang ke rumah dan kemudian kamu bisa mengadakan pesta besar," kata dia.

Jadi, tak ada minuman beralkohol, tak masalah!

sumber : REUTERS
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement