Home >> >>
Ravi Murdianto, Tak Putus Asa Dicibir Orang
Ahad , 05 Oct 2014, 22:02 WIB
Republika/Edwin Dwi Putranto
Ravi Murdianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cibiran mengiringi langkah penjaga gawang Ravi Murdianto saat meniti karier. Sebelum terkenal sebagai orang nomor satu di bawah mistar gawang Timnas U-19 Indonesia, Ravi kerap disepelekan. Orang-orang melihatnya sebelah mata.

Situasi itu tidak membuat Ravi putus asa, ia terus bekerja keras untuk menjawab keraguan. Kerja keras itu kini tengah menapaki jalur menuju kesuksesan. Ravi populer dan mempersembahkan torehan prestasi bersama timnas.

Ravi berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Hery Supriyanto, sempat bekerja sebagai pemungut botol dari kampung ke kampung. Sang ibu, Murminah, hanya berjualan nasi di sebuah warung.

Sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD), Ravi mulai menyukai sepakbola. Awal kariernya, dia berada di posisi gelandang atau penyerang. Menginjak kelas enam SD, ia hijrah ke sektor penjaga gawang dan sejak kelas enam SD Ravi pindah ke SSB Tugumuda Semarang dengan harapan agar mendapat pelatihan yang lebih baik.

Dengan posturnya yang tinggi besar, adaptasi di posisi baru bukan hal sulit. Namun, ia menghadapi beragam kendala. Salah satunya adalah jarak rumahnya ke SSB tempat dia berlatih di Semarang, Jawa Tengah, lumayan jauh dan memakan waktu yang cukup lama.

Perjalanan Ravi menuju tempat latihannya tidak terbilang mudah, dirinya kadang jalan kaki atau diantar sang ayah. Ketika diantar, Ravi harus duduk di atas jok sepeda motor yang sudah penuh sesak dengan karung berisi botol-botol.

Kata-kata dari orang kampung sekitarnya 'Itu loh kiper yang diantar bapaknya naik motor di atas karung' sering dia dengar dari kupingnya sendiri.

Gerbang memperkuat timnas U-19 pun seolah terbuka. Sejak Indra Sjafri menangani timnas Indonesia U-17, timnas Indonesia U-18, hingga sekarang Ravi menjadi pilihan utama.

Ravi sebelumnya berhasil lolos seleksi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pelajar (PPLP) Jawa Tengah. Berkat rekomendasi salah seorang seniornya, Ravi ditarik pindah ke Diklat Ragunan di Jakarta.

Menurut dirinya, apa yang bisa dia raih saat ini berkat dukungan orangtua dan kehendak Tuhan. Ravi termotivasi untuk membahagiakan orangtuanya.

"Orangtua yang memperjuangkan saya dan selalu mendukung saya. Bahkan pernah bela-bela jual tanah untuk biaya masuk SSB atau keperluan lainnya," ungkap Ravi seperti dikutip dari buku 'Official Book: Timnas Garuda Jaya'.


Redaktur : Didi Purwadi
Reporter : CR03
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar