Jumat 16 Nov 2018 00:01 WIB

UGM Tunjuk Tujuh Dosen Masuk Tim Etik Tangani Pemerkosaan

Rektor UGM mengatakan telah menjalankan rekomendasi tim investigasi.

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Panut Mulyono (Kanan)
Foto: Republika TV/Wahyu Suryana
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Panut Mulyono (Kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Gadjah Mada (UGM) telah menunjuk tujuh dosen untuk masuk dalam tim etik yang dibentuk untuk menangani kasus dugaan pemerkosaan yang menimpa salah satu mahasiswi di kampus itu saat kuliah kerja nyata di Maluku pada 2017.

Kepala Bidang Humas dan Protokol Universitas Gadjah Mada (UGM) Iva Ariani mengatakan tujuh dosen yang ditunjuk telah disesuaikan dengan keahlian masing-masing berkaitan penanganan kasus pelecehan seksual. "Diambil dari beberapa dosen yang membidangi bidang itu," kata dia, Kamis (15/11).

Meski demikian, menurut Iva, saat ini proses pembentukan tim etik masih berjalan. Tim itu mulai aktif bertugas setelah surat keputusan (SK) dari pimpinan UGM turun.

 "Sudah mulai berproses semoga SKnya keluar. Ini sedang berproses pembentukan timnya sedang proses untuk SKnya mudahan minggu ini keluar," ucapnya.

Sebelumnya, Rektor UGM Panut Mulyono mengemukakan pimpinan UGM telah menjalankan rekomendasi tim investigasi kasus itu dengan memberikan sanksi penundaan wisuda kepada terduga pelaku pemerkosaan yang merupakan salah satu mahasiswa di Fakultas Teknik UGM.

Namun, jika tuntutan itu dirasa belum cukup oleh berbagai pihak, tim etik yang nanti akan kembali melakukan pencermatan ulang terhadap berbagai temuan data di lapangan sehingga akan menghasilkan rekomendasi yang diharapkan bisa diterima semua pihak. "Saya selalu berpikir hukuman harus setimpal dengan kesalahannya. Jangan sampai kita menzalimi orang yang kesalahannya begini tetapi dihukum lebih dari yang seharusnya. Sama sekali tidak ada pikiran untuk melindungi pelaku," ujar Panut.

Kepala Bidang Humas Polda DIY Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Yulianto mengatakan terkait kasus itu Polda DIY telah melakukan penyelidikan. "Penyelidikan sebatas kita mencari informasi, belum pemanggilan orang. Sudah semenjak peristiwa ini booming," kata Yulianto di Markas Komando Brimob, Gondowulung, Yogyakarta, Rabu (14/11).

Menurut Yulianto, dasar penyelidikan yang dilakukan Polda DIY bukan laporan polisi, melainkan laporan informasi. Laporan informasi merupakan produk kepolisian yang ditulis untuk melaporkan sebuah peristiwa berdasarkan sumber informasi.

"Nah sumber informasinya dari media, dan media sosial. Itu kemudian dirangkum menjadi laporan informasi," ujarnya.

Setelah dilakukan penyelidikan, kata dia, laporan hasil penyelidikan (LHP) akan diserahkan kepada Polda Maluku karena peristiwa pelecehan seksual itu terjadi di Maluku. "Nah nanti di sana apakah mau diproses atau seperti apa, atau mau ditingkatkan ke penyidikan tergantung sana (Polda Maluku)," kata Yulianto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement