Senin 22 Oct 2018 15:23 WIB

Malang Perkuat Penanaman Akidah dan Akhlak di Kurikulum SD

Banyak kepala daerah yang tidak senang investasi pendidikan.

Rep: wilda fizriyani/ Red: Agus Yulianto
Wali Kota Malang, Sutiaji.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Wali Kota Malang, Sutiaji.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang akan memperkuat sisi akidah dan akhlak pada anak-anak usia kelas dasar. Salah satunya dengan memasukkan unsur tersebut dalam kurikulum kelas satu dan dua tingkat Sekolah Dasar (SD).

"Realisasi penguatan akhlak dan penanaman akidah itu rencananya akan dilakukan Pemerintah Kota Malang dengan menyusun kurikulum yang baru bagi siswa kelas satu dan kelas dua," ujar Wali Kota Malang, Sutiaji dalam dalam Peringatan HUT ke-22 SD Islam Sabilillah, akhir pekan. 

Menurut Sutiaji, penguatan akhlak dan penanaman akidah pada anak usia dini sangat diperlukan. Jika kedua hal itu sudah ditanamkan pada anak usia sekolah, maka kecerdasan spiritual akan terwujud pada peserta didik di masa mendatang. Untuk itu, keduanya perlu dikuatkan agar mereka tidak saja cerdas secara akademik tapi spiritual juga.

Di sisi lain, perlunya penerapan model pembelajaran ini tak lepas dari kondisi Indonesia yang sudah memiliki banyak orang pintar. Namun sayangnya, keberadaan mereka tidak diiringi akhlak kuat karena minimnya pendidikan tersebut sejak dini. Situasi ini terlihat jelas bagaimana permasalahan sosial yang terus terjadi hingga sekarang seperti korupsi, pencurian, dan sebagainya.

Melihat situasi ini, pendidikan akhlak dan akidah sangat diperlukan penerapannya di usia ini. "Jadi anak-anak di kelas satu nanti tidak belajar calistung (baca, tulis dan menghitung) tapi belajar bagaimana menghormati orang tua, belajar bagaimana budaya antre, belajar tidak mengambil hak orang lain dan sejenisnya. Ini yang saya kira penting ditanamkan pada anak usia dini," tegas Sutiaji.

Model pembelajaran yang digagas Pemkot Malang, kata Sutiaji, rencananya akan dipresentasikan dalam waktu dekat kepada pemerintah pusat. Harapannya, model pembelajaran tersebut bisa menjadi "role model" bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Sebab, kata dia, banyak kepala daerah yang tidak senang investasi pendidikan karena hasilnya bisa dilihat setelah 25 tahun. Berbeda dengan investasi fisik seperti jembatan dan sebagainya yang hasilnya bisa kita lihat dalam waktu lima tahun. 

"Karena itu, Pemkot Malang mencoba menginisiasi bagaimana investasi pada dunia pendidikan mampu melahirkan manusia yang unggul tidak saja secara akademik tapi juga baik secara spiritual," tambah dia.

Berdasarkan hasil penelitian, tambah Sutiaji, anak usia sekolah jenjang SD pada kelas dasar memiliki saraf motorik yang kuat. Dengan demikian, dia berharap, pendidikan akhlak dan penguatan akidah mampu tertancap sampai kelak mereka dewasa. Apalagi, pendidikan akhlak ini membutuhkan proses dan sinergi kuat antara sekolah dan orang tua.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement