Ahad 21 Oct 2018 23:08 WIB

Ilmu, Agama dan Tatanan Masyarakat Jadi Sumber Kekuatan

Kota Padang siap menjadi kota pendidikan.

Ratusan guru di Kota Padang mengikuti seminar pendidikan yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan Profesional Rangkiang Indonesia (YP2RI), Sabtu (20/10).
Foto: Dok YP2RI
Ratusan guru di Kota Padang mengikuti seminar pendidikan yang diadakan oleh Yayasan Pendidikan Profesional Rangkiang Indonesia (YP2RI), Sabtu (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --   Pendidikan untuk  menghasilkan  manusia yang utuh, cerdik pandai, alim ulama, dan ninik mamak memerlukan tiga hal.  Ketiganya adalah guru yang mampu menghadirkan model-model pembelajaran yang menyatukan antara ilmu agar ia menjadi cerdik pandai;  memiliki kecakapan sosial dan menjadi suri tauladan dalam hidup bermasyarakat dan lingkungan (ninik mamak);  dan alim ulama sebagai imam bagi keluarga dan  masyarakat.

 

“Dalam konteks inilah ilmu, agama, dan tatanan kehidupan bermasyarakat menjadi kunci dan sumber kekuatan bagi suatu bangsa menghadapi segala tantangan zaman,”

Kata Walikota Padang, Mahyeldi Ansharullah, saat  tampil sebagai keynote speaker pada acara Seminar Nasional Pendidikan yang digelar oleh Yayasan Pendidikan Profesional Rangkiang Indonesia (YP2RI) di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (20/10).

Ia menambahkan, inilah wujud filosofi tiga tungku sejerangan, tali tiga sepilin. Tiga kekuatan yang utuh dan saling menguatkan. “Inilah cita-cita kita semua dalam upaya mewujudkan kota Padang sebagai kota pendidikan,” tutur Mahyeldi dalam rilis YP2RI  yang diterima Republika.co.id, Sabtu (20/10).

Seminar ini digelar dalam rangka memyongsong hari Sumpah Pemuda dan sekaligus  peluncuran  YP2RI. YP2RI lahir dari kesadaran berbagai pihak terhadap potensi-potensi yang ada di kalangam pendidik yang selama ini jalan masing-masing. “YP2RI menjadi wadah bagi guru-guru profesional untuk menyebarluaskan ilmu dan pengalaman masing-masing agar semua sekolah menghasilkan lulusan yang bermutu,” kata Ketua YP2RI, Indra Jaya.

Indra menambahkan, kata mutu lebih diorientasikan kepada sosok pribadi yang utuh, berilmu, berakhlak, dan menjadi panutan dalam masyarakat. “YP2RI berupaya merangkul semua pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha, masyarakat dan tokoh agama yang peduli dengan pendidikan. Hanya dengan kebersamaanlah persoalan-persoalan dunia pendidikan dapat diatasi dengan baik,” tutur Indra seraya menambahkan, yayasan tersebut  dikelola oleh orang-orang yang berpengalaman di dunia pendidikan dan befbagai kegiatan sosial keagamaan lainnya.

Seminar ini menampilkan beberapa pembicara. Salah satunya adalah Barlius.  Kepala Dinas Pendidikan Kota Padang  itu mengemukakan,  keberhasilan yang telah dicapai Kota Padang selama ini  berkat kolaborasi ssmua pihak. “Untuk itu ke depan kita akan dukung sepenuhnya kegiatan-kegiatan seperti ini karena pemerintah tidak mampu jalan sendirian dalam meningkatkan mutu pendidikan,” ujar Barlius.

Pembicara lain adalah Zulfikri Anas, yang  tampil mewakili Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud. Ia  menyatakan,  sebelum bicara tentaang kurikulum, pembelajaran dan penilaian, pertama harus dituntaskan dulu persoalan-persoalan yang menghantui dan menjadi momok bagi guru selama ini.

Menurutnya, kurikulum adalah ilmu dan jalan untuk membantu guru agar mudah melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. “Sepanjang pola pikir guru masih betsifat administratif tanpa memahami makna dan esensi kurikulum yang sebenarnya, guru akan terjebak pada kegiatan-kegiatan teknis, administasi  yang kaku, monoton, dan menjemukan,” kata Zulfikri.

Bila ini terjadi, ia menambahkan, sebagus apapun kurikulum yang dibuat pemerintah tidak akan dapat dijalankan sesuai dengan cita-citanya. “Guru harus memahami bahwa kurikulum adalah jembatan untuk menginsyafi bahwa semua ilmu atau mata pelajaran adalah alat untuk penguatan karakter, iman, dan kecakapan hidup di semua situasi dan kondisi,” tuturnya.

Zulfikri menegaskan, semua konten mata pelajaran mengandung nilai-nilai karakter dan spiritual keagamaan. Tinggal bagaimana guru mengolahnya melalui berbagai model pembelajaran yang diciptakan sendiri. “Ketika siswa belajar IPA, IPS, Matematika, Bahasa, Seni Budaya, Prakarya, dan Agama, sesungguhnya mereka sedang menerima dakwa dari gurunya,” ujarnya.

Dakwah dimaksud, kata Zulfikri, adalah kepiawaian guru membawakan materi pelajaran sehingga memgasah kepekaan siswa terhadap apa yang ia pelajari. Semua hal yang dipelajari itu adalah sunnatullah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement