Jumat 19 Oct 2018 05:20 WIB

Penulis Berperan Tingkatkan Kualitas Baca Tulis Masyarakat

Profesi penulis saat ini akan menjadi profesi masa depan dengan hadirnya Industri 4.0

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Menulis/Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Menulis/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendorong agar para penulis bisa berkontribusi untuk meningkatkan kualitas baca tulis masyarakat. Apalagi selama ini kajian, aplikasi, dan pengembangan literasi masih terbatas dan perlu wadah untuk dapat saling bertukar pikiran agar muncul gagasan-gagasan baru.

“Diharapkan para penulis bisa terus memperbaiki karyanya. Nantinya karya mereka dapat digunakan sebagai media bagi pengajar atau pegiat literasi untuk menebarkan semangat literasi di Indonesia," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Dadang Sunendar melalui pesan tertulis, Kamis (18/10).

Saat ini, Kemendikbud tengah menggelar pertemuan penulis bahan bacaan literasi baca-tulis tahap II yang dimulai pada 17 hingga 19 Oktober 2018. Pada kesempatan tersebut Kemendikbud juga telah memberikan penghargaan kepada 129 penulis dengan 140 hasil karyanya. Penghargaan tersebut diberikan setelah melalui proses sayembara terbuka yang dimulai sejak bulan Januari 2018.

"Dari 1.135 karya yang terkumpul hingga terpilih 140 karya yang kaya akan nuansa lokal dan keanekaragaman tema seperti arsitektur, kuliner, tokoh, lanskap perubahan perdesaan dan perkotaan, bahasa, dan cerita tentang anak Indonesia," kata Dadang.

Sementara itu, Staf Ahli Mendikbud Bidang Inovasi dan Daya Saing Ananto Kusuma Seta mengatakan, profesi penulis saat ini akan menjadi profesi masa depan dengan hadirnya Industri 4.0. "Apa pekerjaan masa depan yang tidak bisa tergantikan oleh robot? Salah satunya adalah penulis. Oleh sebab itu, masa depan Indonesia juga ada di tangan para penulis," ujar Ananto.

Ananto berpesan, dalam penulisan sebuah karya diharapkan penulis dapat memasukkan olah hati, olah pikir, dan olah rasa. Selain itu karya tulis juga harus mencerahkan hati dan pesan di setiap kata itu ada yang mencerahkan.

"Buat buku itu hidup seolah-oleh berbicara dengan pembacanya, sehingga nilai karakter dari setiap halaman dapat dibangun kokoh, dan pembaca larut seolah-oleh berada di dalam ceritanya itu,” kata Ananto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement