Ahad 07 Oct 2018 09:56 WIB

Pemkot Malang Berencana Hapus SLB

Pemkot tidak ingin ada diskriminasi bagi siswa-siswi di daerah itu.

Siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) / Ilustrasi (foto : Septianjar Muharam)
Siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) / Ilustrasi (foto : Septianjar Muharam)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang berencana untuk menghapus keberadaan sekolah luar biasa (SLB). Pemkot tidak ingin ada diskriminasi bagi siswa-siswi di daerah itu.

"Meski tidak ada lagi SLB, anak-anak berkebutuhan khusus tetap bisa sekolah, bahkan di sekolah umum, sebab ke depan anak-anak berkebutuhan khusus ini akan mendapatkan pendampingan dari guru dan tenaga ahli khusus di sekolah umum," kata Wali Kota Malang Sutiaji di Malang, Jawa Timur, Ahad (7/10).

Sutiaji mengemukakan penghapusan SLB tersebut dilakukan karena selama ini anak berkebutuhan khusus seakan-akan didiskreditkan ketika harus sekolah di sekolah yang berbeda. Padahal, kebutuhan pendidikan seharusnya disamakan dan tidak harus dibedakan.

Ia mengatakan sebagai kota yang menerapkan pendidikan inklusif, saat ini  sudah ada beberapa sekolah dasar (SD) reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus. Anak didik tersebut dapat belajar bersama dalam satu kelas daan guru kelasnya sudah dibekali ilmu khusus dalam menyampaikan materi.

Selama ini beberapa SD sudah ada tenaga pengajar sebagai pendamping anak-anak bekebutuhan khusus tersebut dan ke depan seluruh sekolah akan menerapkannya. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa terealisasi," ucapnya.

Menyinggung petisi berjudul "Usut Ketidakadilan Bagi Verell" anak penyandang autis yang mendapatkan perlakuan tidak semestinya di salah satu SD di Kota Malang, Sutiaji enggan berkomentar dengan alasan masih belum mendalami dan tahu secara pasti duduk persoalan tersebut.

"Semestinya mengeluarkan siswa dari sekolah memang tidak diperbolehkan. Kasihan anaknya. Tapi saya belum bisa banyak berkomentar karena belum mengetahui dengan pasti apa masalahnya," katanya.

Belum lama ini, salah seorang siswa kelas 5 SDK Santa Maria 2 Kota Malang Verrel Reuben Senjaya, anak berkebutuhan khusus (ABK), diminta mengundurkan diri dari sekolah tersebut, padahal selama ini Verel mampu mengikuti pelajaran, meski bergabung dengan siswa lain di sekolah umum.

Bahkan, menurut ibundanya, Jeanny Herawati, Verrel mampu mengikuti pelajaran, bahkan ada beberapa mata pelajaran yang nilainya cukup bagus, seperti matematika dan Bahasa Inggris.

"Verrel juga suka dengan pelajaran geografi, namun karena diminta untuk pindah sekolah oleh pihak SDK Santa Maria 2, kami pindahkan, tapi kami kok diperlakukan tidak adil," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement