Sabtu 15 Sep 2018 14:33 WIB

Pendidikan Tantangan Terbesar Pemberdayaan Perempuan

Perempuan harus tingkatkan kemampuan & pendidikan agar tak jadi korban ketidakadilan.

Ilustrasi kampanye kesetaraan gender di tempat kerja.
Foto: ANTARA/Atika Fauziyyah
Ilustrasi kampanye kesetaraan gender di tempat kerja.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wakil Presiden petahana Dewan Perempuan Internasional (International Council of Women/ICW) asal Malta Doris Bingley mengatakan, pemerataan pendidikan menjadi tantangan terbesar dalam upaya pemberdayaan perempuan di seluruh dunia. Pendidikan sangat penting bagi perempuan dan kehidupan yang terus berjalan membuat perempuan harus terus belajar.

Menurut Bingley, perempuan harus terus meningkatkan kemampuan dan pendidikan agar tidak menjadi korban ketidakadilan gender. Bingley menjelaskan saat ini perempuan dapat menggunakan banyak fasilitas untuk belajar dan meningkatkan kapasitas terutama menggunakan gawai dan teknologi yang sudah jauh lebih murah dan efisien.

“Karena itu, pendidikan penggunaan teknologi bagi perempuan di negara-negara terbelakang diperlukan untuk mengembangkan kapasitas kaum perempuan,” kata Bingley di sela-sela Sidang Umum ICW di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (15/9).

Selain itu, kebijakan pemerintah di tiap negara untuk melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan dalam kenegaraan juga menjadi hal yang penting diciptakan. "Dengan begitu, suatu negara dapat memahami persoalan yang dihadapi perempuan sehingga keterwakilan perempuan dapat lebih seimbang," ujar Bingley yang juga menjabat sebagai Kepala Federasi Perempuan Negara-Negara Persemakmuran di Eropa.

Baca Juga: Mengadu Perempuan di Kontestasi Politik

Bingley telah menjabat sebagai Wakil Presiden ICW selama tiga tahun. Dalam sidang umum ICW kali ini, dia kembali mengajukan diri sebagai kandidat Wapres ICW untuk tiga tahun ke depan.

Tujuh kandidat yang maju sebagai calon wapres ICW adalah Linda L C Liu dari Taiwan, Doris Bingley asal Malta, Jamal Hermes Ghibril dari Lebanon, Fatma Fatos Inal dari Turki, Giwo Rubianto Wiyogo dari Indonesia, Monthip Sriratna Tabucanon asal Thailand, dan Pushpa Hedge dari India.

Dari tujuh kandidat itu, akan dipilih lima Wapres untuk anggota Dewan ICW. Bingley berharap pemilihan akan menghasilkan para wakil presiden yang semakin dapat mengeratkan komunikasi antar organisasi perempuan global.

"Terutama adanya bonus demografik global pada periode ke depan yang juga harus dirangkul. Urusan pemberdayaan dan perlindungan perempuan tidak pernah berakhir, ICW masih memiliki banyak persoalan untuk diselesaikan," ujar Doris.

Rangkaian Sidang Umum ICW berlangsung pada 13-19 September 2018 di Yogyakarta. Selain pemilihan Wapres, Sidang Umum tersebut juga akan memilih sejumlah koordinator pengurus ICW.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement