Senin 15 Feb 2021 13:34 WIB

UMM Bedah Buku Karya Warga Binaan Lapas Perempuan

Agenda itu membuka kembali ruang literasi masyarakat melalui saluran virtual.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kegiatan Bedah Buku Titik Nadir Penantian pada Sabtu (6/2).
Foto: Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kegiatan Bedah Buku Titik Nadir Penantian pada Sabtu (6/2).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan kegiatan Bedah Buku Titik Nadir Penantian. Agenda bedah buku yang berisikan 32 cerita pendek (cerpen) karya warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Malang ini diselenggarakan secara daring.

Wakil Rektor Bidang AIK dan Akademik UMM, Prof Syamsul Arifin, menyampaikan apresiasinya kepada Perpustakaan UMM yang terus membuka ruang dalam memberikan literasi pada masyarakat. Salah satunya melalui agenda bedah buku secara daring.

Menurut Syamsul, agenda tersebut dapat membuka kembali ruang literasi masyarakat melalui saluran virtual. "UMM sendiri juga telah memiliki komitmen untuk mengembangkan literasi secara virtual,” katanya.

Agenda ini mengundang Ketua Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Mariyah dan pendiri Ruang Baca Komunitas, Sofian Munawar. Kemudian ada pula jurnalis Kurniawan Muhammad sebagai pembedah buku.

Dalam paparanya Mariyah sangat mengapresiasi buku antalogi ini. Mariyah menilai buku ini sangat menarik dari segi penyampaian cerita dan bahasa yang puitik. Cerpen ini juga mengandung nilai moral dan edukasi yang sangat tinggi.

Ia mengaku jarang membaca cerpen karena hanya membuang-buang waktu. Namun ketika membaca buku ini, ja seperti tersentak dan tidak percaya bahwa para warga binaan mampu menulis karya sastra yang luar biasa. Mereka bisa melakukannya meski di balik jeruji yang membatasi ruang geraknya.

Hal serupa diungkapkan salah satu pemateri bedah buku, Yusri Fajar. Ia mengisahkan pengalamannya pertama kali menjadi pemateri untuk para penghungi lapas. Ia mengaku pengalaman ini menjadi sesuatu hal yang menantang dan menarik.

“selain saya tidak pernah masuk penjara, saya merasa bahwa orang-orang yang ada di penjara ini akan melahirkan karya-karya apik,” jelas dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB-UB) tersebut.

Sementara itu, Kalapas Perempuan Kelas IIA Malang,  Tri Anna Aryati, mengaku sangat mengapresiasi hadirnya diskusi daring ini. Anna juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada para warga binaan di Lapas Kelas IIA Malang.

“Kami berharap dengan hadirnya buku ini dapat memotivasi dan meningkatkan semangat literasi, tidak hanya untuk para napi tetapi juga untuk masyarakat luas,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement