Senin 02 Apr 2012 20:59 WIB

Indonesia Harus Ambil Peran di Mesir

Hery Sucipto
Foto: humas umj
Hery Sucipto

REPUBLIKA.CO.ID, Baru-baru ini UMJ membuka Pusat Kajian Timur Tengah dan Dunia Islam (PKTTDI) sebagai wadah untuk merespons perkembangan dunia Islam dan situasi yang berkembang di Timur Tengah akhir-akhir ini. PKTTDI ini berada di bawah naungan Jurusan Politik FISIP-UMJ dan diketuai oleh Hery Sucipto. Alumnus Universitas Al-Azhar Cairo ini selain aktif menulis, juga merupakan staf ahli Wakil Ketua MPR-RI, Hajriyanto Y Tohari.

 

Menanggapi revolusi di Timur Tengah, khususnya di Mesir, Hery Sucipto berpendapat bahwa pemerintah Indonesia belum memainkan peran maksimal dalam menyikapi pergolakan yang terjadi di dunia Islam atau dikenal dengan Arab Spring. Mesir yang memiliki kedekatan sejarah dengan Indonesia sepertinya lebih memilih Turki sebagai partner utamanya.

 

“Seharusnya, peranan Indonesia bisa lebih jauh, seperti memberikan dukungan langsung kepada Mesir,” kata Hery Sucipto kepada Republika Online.

Indonesia, lanjut Hery, perlu mendukung Mesir secara lebih nyata. Pasalnya, menilik dari sejarah Negeri Piramida itu merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1945. Hubungan kedua negara yang sudah berlangsung dengan baik terus berlanjut hingga kini dan terwujud dalam berbagai bidang, seperti bidang pendidikan, bisa dilihat dari kerja sama Universitas Al-Azhar Mesir dan Indonesia. Banyak sekali mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Al-Azhar Cairo.

Menurutnya hubungan kedua negara dilakukan baik antara sesama pemerintah dan masyarakat. Namun, negara-negara Timur Tengah  umumnya lebih menghargai jika pemerintahannya yang turun secara langsung. Sayangnya, ini belum dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.

Setelah tergulingnya Husni Mubarak di Mesir satu tahun lalu, Pemerintahan Mesir diambil alih sementara oleh Dewan Militer. Negara terebut juga masih terus menghadapi gelombang protes dari warganya yang menuntut agar pemerintah dialihkan ke kekuasaan sipil.

Hery menilai, peran Indonesia dalam penyelesaian konflik sepertinya sekarang diambil alih oleh Turki. Posisi Pemerintahan Turki yang kuat, baik secara politik maupun ekonomi, memungkinkannya melakukan hal itu. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan dukungannya kepada Rakyat Mesir. Dalam laman VOA News, sebelumnya ia mengatakan, Husni Mubarak harus mundur. Dukungan bagi rakyat Mesir juga mengalir dari demonstran di Turki.

Hery mengakui, kekuasaan militer tak akan bisa dipisahkan dari pemerintahan di Mesir. Negara itu juga menghadapi dua warisan konflik yang memengaruhi masa transisi politik. Pertama, konflik komunal antara kaum Kristen dan Islam. Kedua, konflik secara sosial.

Sementara itu, kesenjangan ekonomi di Mesir sangat terasa. Hanya sedikit orang yang menikmati kesejahteraan. Jurang konflik kian tajam karena elite politik tidak kunjung menyadari pentingnya persatuan. Untuk itu, menggalang persatuan di level elite politik sangat penting pada posisi saat ini.

Gelombang Arab Spring akhirnya membawa dampak, baik secara langsung maupun tidak secara langsung, bagi iklim demokrasi di Timur Tengah. Indonesia bias menjadi contoh bagi berjalannya demokrasi di tengah kondisi masyarakatnya yang sebagian besar adalah Muslim. “Paling tidak, kedewasaan politik di Timur Tengah mulai tumbuh,” ujar Hery kepada ROL.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement